Rabu 20 Aug 2025 14:32 WIB

Tak Gentar Digertak, Australia Sindir Netanyahu Frustrasi Makin Dikucilkan Dunia Internasional

Netanyahu menilai Anthony Albanese politikus lembek karena mengakui negara Palestina.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: Abir Sultan/Pool Photo via AP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Pemerintah Australia bereaksi keras atas pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang menilai Perdana Menteri Anthony Albanese sebagai politikus yang lembek terkait rencana pengakuan negara Palestina oleh Negeri Kanguru pada September. Menteri Dalam Negeri Australia Tony Burke balik menyindir Netanyahu bahwa kekuatannya lebih dari "seberapa banyak orang yang Anda ledakkan".

Selama beberapa dekade, Australia adalah negara yang memiliki hubungan diplomatik dekat dengan Israel. Tapi hubungan itu kini merenggang setelah pada pekan lalu Canberra menyatakan akan mengakui negara Palestina di sidang PBB pada September mendatang.

Baca Juga

Pada Selasa (19/8/2025), Netanyahu secara drastis meningkatkan eskalasi ketegangan perang kata-kata lewat pernyataan opini bahwa Anthony Albanese adalah seorang "politikus lembek yang mengkhianati Israel".

Kepada ABC dilansir Strait Times, Menurut Tony Burke, Netanyahu sedang menunjukkan tanda-tanda frustrasinya. Menurutnya, kekuatan seseorang tidak diukur dengan berapa banyak orang bisa diledakkan atau berapa banyak anak-anak yang sengaja dibiarkan kelaparan. 

"Apa yang kita lihat atas tindakan yang mereka ambil adalah sebuah isolasi keberlanjutan Israel dari dunia, dan itu tidak jadi abgian dari kepentingan mereka juga," ujar Tony Burke.

Pada 1950an, Australia menjadi suaka dari para pengungsi Yahudi korban tragedi Holocaust. Melbourne, menjadi kota dengan populasi korban Holocaust terbesar di dunia di luar negara Israel.

photo
Presiden Prabowo Subianto (kanan) berjabat tangan dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese (kiri) usai memberikan keterangan pers saat melakukan pertemuaan kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta, Jakarta, Kamis (15/5/2025). - (AP Photo/Dita Alangkara)

Netanyahu dilaporkan marah besar saat mengetahui Australia mengikuti jejak negara Barat lainnya seperti Prancis, Kanada, dan Inggris yang akan mengakui negara Palestina pada September. Dalam jarak kurang dari 10 hari dari pernyataan resmi Canberra, hubungan antara Australia dan Israel terus mengalami kerenggangan.

Pada 18 Agustus, Australia membatalkan visa untuk politikus sayap kanan Israel, Simcha Rothman yang juga anggota kabinet koalisi Netanyahu. Rothman dalam waktu dekat dijadwalkan akan berkunjung ke Australia, dan Canberra mengkhawatirkan rangkaian tur politikus itu akan "menyebarkan perpecahan".

Pada 19 Agustus, Israel membalas dengan mencabut visa dari perwakilan diplomatik Canberra di Otoritas Palestina. Lalu pada 20 Agustus giliran Netanyahu lewat pernyataan resmi lewat X melontarkan kecamannya terhadap Albanese. 

“Sejarah akan mengingat Albanese sebagai dirinya: Seorang politikus lembek yang mengkhianati Israel dan mengabaikan orang-orang Yahudi di Australia."

Menyusul perang di Gaza yang tak kunjung berhenti, isolasi dunia internasional terhadap Israel terus meningkat. Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon pekan lalu mengatakan, bahwa Netanyahu telah "kehilangan plotnya".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement