Kamis 01 Aug 2024 12:01 WIB

Giliran Tunggal Putra Torehkan Capaian Terburuk Bulu Tangkis Sepanjang Sejarah Olimpiade

Ganda campuran dan tunggal putra tak menempatkan wakil di babak utama olimpade.

Anthony Sinisuka Ginting beraksi di Olimpiade Paris 2024.
Foto:

Seusai laga melawan Toma Junior Popov, Anthony Sinisuka Ginting mengaku kesal dan kecewa karena tidak berhasil menembus babak 16 besar tunggal putra bulu tangkis Olimpiade Paris 2024. “Kecewa dan kesal dengan hasil ini. Saya sudah berusaha tapi itu tidak cukup. Lawan memang lebih baik,” kata Ginting dalam keterangan singkat PP PBSI dikutip Antara, Kamis (1/8/2024).

Peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 itu mengaku sebenarnya sudah mengantisipasi perlawanan ketat Popov. “Kami sudah sama-sama belajar kelebihan dan kekurangan masing-masing dan hari ini sebenarnya tidak banyak perbedaan dari pertemuan sebelumnya,” ungkap Ginting.

“Namun, Toma bisa lebih all out, lebih nekat dan bisa terus menekan terutama di gim ketiga. Ketika saya mencoba lebih tenang, tekanan dia tidak bisa saya netralkan dengan maksimal,” ujarnya menambahkan.

Ginting yang adalah unggulan kesembilan di Olimpiade Paris 2024 menilai, dukungan dari publik sendiri juga menjadi semangat tambahan bagi Popov untuk tampil lebih baik pada laga penentuan ini. “Pengaruh penonton mungkin benar-benar membuat dia semangatnya lebih lagi. Sebenarnya saya juga punya semangat dan motivasi yang sama tapi ada sepersekian persen perbedaan yang bisa mempengaruhi hasil di lapangan,” jelas dia.

Pengamat Bulu tangkis Daryadi mengungkapkan perasaan sedih dan sesak di dada atas kandasnya dua wakil tunggal putra Indonesia pada fase grup Olimpiade Paris 2024. Ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis, Daryadi mengungkapkan hasil tunggal putra Indonesia di olimpiade Paris 2024 sungguh diluar ekspektasi.

"Peluang terbesar dapat medali sebenarnya ada di sektor ini, apakah itu medali emas, perak ataupun perunggu."

Terutama melalui Jojo, sapaan akrab Jonatan, lanjut Daryadi. "Penampilan Jojo jelang Olimpiade paling meyakinkan, juara All England, juara Asia yang kemudian mengantarkan dirinya menjadi pemain nomor tiga dunia dibawah Shi Yu Qi dan Viktor Axelsen."

"Sangat disayangkan mereka kandas terlalu cepat di fase grup, yang bikin sedih dan nyesek banget tentunya. Karena baru kali ini tunggal putra Indonesia tak mampu melewati fase grup sejak format ini dibuat pada Olimpiade London 2012. Ketika itu kita gagal dapat medali bulu tangkis. Tetapi Taufik Hidayat dan Tomy Sugiarto bisa lolos ke 16 besar. Sayang undian waktu itu Tomy bertemu Lee Chong Wei, dan Taufik melawan Lin Dan," ujarnya.

Sebelumnya di sektor ganda putri, Indonesia juga mencetak sejarah tak menempatkan wakilnya di babak utama. Pasangan Rinov/Pitha yang baru pertama kali bermain di Olimpiade ini, sebenarnya mengawali laga dengan cukup baik.

Rinov/Pitha di luar dugaan mampu mengalahkan ganda Korea Selatan yang lebih diunggulkan Kim Won-ho/Jeong Na-eun. Dalam laga yang berlangsung tiga gim, Rinov /Pitha menang 22-20, 14-21, dan 21-19.

Laga kedua melawan unggulan pertama Zheng Siwei/Huang Yaqiong Rinov/Pitha tak dapat berbuat banyak menyerah dua gim dengan angka mencolok 10-21 dan 3-21. Peluang masih terbuka untuk lolos dari fase grup. Syaratnya dalam laga pamungkas melawan wakil tuan rumah Thom Gicquel/Delphine Delrue harus menang.

Namun di kala membutuhkan kemenangan pada laga pamungkas grup C, justru pasangan Rinov/Pitha tampil buruk dan menyerah dua gim langsung 13-21, 15-21. Hasil ini membuat gagal lolos ke babak perempat final Olimpiade 2024.

Ini adalah pencapaian terburuk ganda campuran Indonesia di pentas Olimpiade. Walau bulu tangkis sudah dipertandingkan pada Olimpiade 1992 di Barcelona, namun kala itu ganda campuran belum dipertandingkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement