“Dan saya harus mempertanyakan apa yang diketahui AS, dan bagaimana mereka bisa memproses eskalasi yang luar biasa ini,” katanya kepada Aljazirah. Akademisi tersebut melanjutkan dengan menyatakan bahwa pembunuhan Haniyeh mungkin menguntungkan Netanyahu.
“Hal ini terjadi di tengah banyaknya pemberitaan tentang bagaimana tokoh keamanan dan militer Israel sangat frustasi karena Netanyahu secara pribadi tampaknya menunda perundingan untuk gencatan senjata dan pertukaran tahanan serta mengakhiri konflik genosida yang mengerikan di Gaza,” kata Said.
Israel secara luas dicurigai melakukan kampanye pembunuhan selama bertahun-tahun yang menargetkan ilmuwan nuklir Iran dan pihak lain yang terkait dengan program atomnya. Insiden-insiden tersebut melibatkan operasi yang sangat tepat yang mungkin dilakukan oleh kelompok lokal.
Dalam salah satu insiden paling terkenal yang dikaitkan dengan Israel, ilmuwan nuklir terkemuka Iran Mohsen Fakhrizadeh dibunuh pada November 2020 dalam serangan canggih yang dipimpin oleh tim Mossad yang dilaporkan menggunakan senapan mesin terkomputerisasi, tidak memerlukan operasi di lokasi, dan memakan waktu lebih sedikit dari satu menit, dan tidak melukai orang lain, termasuk istri ilmuwan yang sedang bersamanya saat itu.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan AS tidak terlibat dalam pembunuhan Haniyeh, dan menegaskan kembali pentingnya gencatan senjata di Gaza . “Ini adalah sesuatu yang tidak kami sadari atau terlibat di dalamnya. Sangat sulit untuk berspekulasi,” kata Blinken dalam wawancara dengan Channel News Asia saat berkunjung ke Singapura.