REPUBLIKA.CO.ID, SANAA – Kelompok Houthi di Yaman membuka front terbuka dengan Israel, menjanjikan perang panjang dan serangan ke objek vital di Israel. Pernyataan ini membuat Israel kini harus menghadapi perlawanan dari setidaknya lima front sekaligus.
Eskalasi dengan kelompok Houthi meningkat sejak serangan drone ke Tel Aviv dilancarkan kelompok itu pada Jumat pekan lalu. Serangan itu menembus pertahanan udara canggih Israel dan menimbulkan ledakan di bangunan dekat kompleks cabang Kedubes Amerika Serikat di Tel Aviv, menewaskan seorang.
Israel membalas dengan serbuan udara pada Sabtu kemarin, menimbulkan kebakaran hebat di Pelabuhan Hodeidah di barat Yaman. Serangan itu berdampak pada 83 orang, sebagian dikabarkan meninggal. Saluran Almasirah yang berafiliasi dengan Houthi mengutip sumber resmi yang mengatakan bahwa serangan tersebut menargetkan pembangkit listrik dan tangki bahan bakar listrik.
Netanyahu and IDF Chief of Staff Herzi Halevi overseeing the attack on Yemen earlier today from the headquarters of the Israeli Ministry of Defense in Tel Aviv. pic.twitter.com/bnUa0xVMcg
— Quds News Network (QudsNen) July 20, 2024
Kelompok Houthi menegaskan tak segan-segan menyerang “sasaran vital” di Israel, beberapa jam setelah serangan udara Israel di Hodeidah. Juru bicara militer Houthi Yahya Saree mengatakan dalam pernyataan yang disiarkan televisi bahwa mereka sedang mempersiapkan pertempuran panjang, memperingatkan Israel bahwa Tel Aviv tidak lagi aman.
Terkait ancaman itu, Israel telah meningkatkan tingkat kewaspadaannya di wilayah-wilayah strategis untuk mengantisipasi respons Houthi. Channel 14 melaporkan bahwa pertemuan darurat diadakan dengan partisipasi Menteri Transportasi Miri Regev, karena khawatir Houthi akan menyerang fasilitas strategis dan vital. Saluran tersebut menambahkan bahwa beberapa lembaga, termasuk mereka yang bertanggung jawab atas kereta api, pelabuhan dan bandara, telah diarahkan untuk “mempersiapkan semua skenario.”
Pada saat yang sama, surat kabar Israel Hayom mengatakan bahwa Angkatan Laut Israel menaikkan tingkat kewaspadaan di Eilat yang menghadap ke Laut Merah menyusul serangan Israel yang menargetkan kota Hodeidah. Surat kabar yang sama mengutip seorang pejabat politik Israel yang mengatakan bahwa konfrontasi dengan kelompok Houthi akan berlangsung lama. Sebaliknya, surat kabar Yedioth Ahronoth mengutip para pejabat Israel yang mengatakan bahwa mereka menunggu tanggapan dari kelompok Houthi, dan bahwa Israel pada saat yang sama bersiap untuk menyerang dengan serangan yang "jauh lebih besar".
Front utara
Dari utara, Kelompok Hizbullah dari Lebanon untuk pertama kalinya meluncurkan serangan roket ke kibbutz (kota kecil/kolektif) di Israel utara, Sabtu (20/7/2024). Serangan tersebut merupakan balasan karena Israel melancarkan serangan drone sehari sebelumnya yang menyebabkan beberapa warga terluka.
Hizbullah meluncurkan puluhan roket Katyusha di kibbutz Israel utara di Dafna. Militer Israel mengungkapkan, sekitar 45 proyektil terdeteksi melintas dari Lebanon ke Israel utara dalam tiga serangan terpisah.
Militer Israel mengatakan, mereka berhasil mencegat sejumlah proyektil yang memasuki negaranya. Namun beberapa proyektil lainnya berhasil mendarat dan jatuh di area terbuka. Israel menyebut serangan Hizbullah tak menyebabkan jatuhnya korban jiwa maupun luka. Hantaman proyektil memicu beberapa kebakaran di Dataran Tinggi Golan.
Sebelumnya, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, telah mengancam akan menyerang permukiman-permukiman baru di Israel jika Tel Aviv terus membunuh warga sipil di Lebanon. Dia mengatakan kematian warga sipil di negaranya melonjak dalam beberapa hari terakhir akibat serangan Israel. "Terus menyasar warga sipil akan mendorong perlawanan (Hizbullah) untuk meluncurkan rudal ke permukiman (Israel) yang sebelumnya tidak menjadi sasaran," ujar Nasrallah dalam pidatonya pada Rabu (17/7/2024).