Senin 15 Jul 2024 17:21 WIB

Atasi Stunting dengan Pegagan, Inovasi Dosen Unisa Bandung Ini Dapatkan Pengakuan Paten

Dengan paten, diharapkan hak kekayaan intelektual dari peneliti punya legalitas.

Berkat inovasinya dalam mengatasi stunting, Annisa Ridlayanti, S.Keb.,Bd.,M.Keb Dosen Prodi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan Universitas
Foto: Unisa
Berkat inovasinya dalam mengatasi stunting, Annisa Ridlayanti, S.Keb.,Bd.,M.Keb Dosen Prodi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan Universitas

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Berkat inovasinya dalam mengatasi stunting, Annisa Ridlayanti, S.Keb.,Bd.,M.Keb Dosen Prodi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan Universitas 'Aisyiyah Bandung berhasil menerima bantuan biaya pendaftaran permohonan paten dan pemeriksaan substantif paten dari Kemendikbudristek sebagaimana tertuang dalam surat No.Manual.118/E5/DT.05.00/2024. Pencapaian ini menjadi tonggak penting dalam upaya memanfaatkan pegagan (Centella asiatica) untuk mengatasi stunting pada balita.

Dalam wawancara eksklusif, Annisa berbagi cerita tentang perasaan, inovasi, serta tantangan yang dihadapinya selama proses pengajuan paten. Annisa mengaku sangat bersyukur pada saat menerima pengumuman bahwa dirinya lolos menerima bantuan biaya tersebut. Annisa mengatakan bahwa penelitian yang menjadi dasar permohonan paten ini adalah invensi perdana tentang pemanfaatan atau khasiat pegagan (Centella asiatica) pada balita penderita stunting.

Baca Juga

"Invensi ini didasarkan pada riset yang telah dilakukan sejak tahun 2016 dan terhubung pula dengan pengabdian masyarakat,penelitian ini mencakup pengembangan produk olahan daun pegagan sebagai Makanan Pokok Tambahan (MPT) untuk pencegahan stunting,” kata Annisa, Jumat (12/7/2024) lalu.

Annisa juga mengungkapkan motivasinya untuk mengajukan paten ini adalah agar anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa sehat jasmani dan rohaninya sehingga bisa membangun bangsa ini lebih baik kedepannya.

Annisa mengikuti seleksi pelatihan penulisan deskripsi permohonan paten Batch-1 Tahun 2024 melalui info dari LPPM dan mengikuti prosedur di BIMA Kemendikbudristek. Ia mengaku tantangan terbesar yang dihadapi adalah pengaturan waktu selama pelatihan dan konsentrasi saat menuangkan ide ke dalam naskah.

Ia juga mengaku mendapatkan dukungan  penuh dari Universitas 'Aisyiyah Bandung baik dalam bentuk materi, tenaga, dan biaya. Dengan adanya paten ini, Annisa berharap hak kekayaan intelektual dari peneliti memiliki legalitas dan pengakuan yang sah, bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.

"Semakin banyak invensi yang dihasilkan dari karya anak bangsa, akan semakin maju negara ini," tambahnya.

Adapun langkah selanjutnya yang akan dilakukan Annisa setelah mendapatkan bantuan biaya pendaftaran adalah mengikuti arahan dari tim DRTPM dan memulai proses submit ke sistem DJKI. "Semoga prosesnya lancar dan invensi ini mendapatkan pengakuan paten dari pemerintah, sehingga geliat ke depan untuk terus membuat terobosan khususnya dalam bidang kesehatan dan kebidanan menjadi lebih semangat dan bermanfaat. Aamiin," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement