Hamas jadi alibi
Pada awal Intifada Kedua, lanjut Elmali, pendekatan Israel mengikuti kebijakan opresif sistematis yang menolak distribusi cadangan gas alam yang adil di wilayah tersebut.
Situasi politik ini, memupuskan harapan akan tercapainya kesepakatan saling menguntungkan antara kedua pihak, terutama karena sikap radikal pemerintahan Sharon.
Selanjutnya, pihak berwenang Israel menentang pendanaan rutin apa pun kepada PA. Israel menggunakan alasan risiko pendanaan Hamas di Gaza sebagai dalih.
Menurut laporan, strategi menyeluruh Israel sejak saat itu hingga sekarang berkisar pada memonopoli kendali atas cadangan gas alam di Laut Gaza dan cadangan minyak di sepanjang perbatasan Tepi Barat-Israel. Ini sekaligus merampas bagian pendapatan Palestina dari sumber daya tersebut.
Pendekatan itu telah menimbulkan kemunduran finansial yang besar terhadap perekonomian Palestina dan menghalangi jalan mereka menjadi sebuah negara berdaulat.
Untuk mencapai tujuan ini, Israel mengambil sikap bermusuhan dalam negosiasi. Mereka sering kali menyebut Hamas sebagai alasan ketidakpercayaan dan ketidakamanan.
Selain itu, proposal perjanjian telah dirancang untuk mengabaikan Otoritas Palestina (PA) yang secara efektif menghalangi peluang distribusi sumber daya dan pendapatan secara adil.
Baru-baru ini, Israel memanfaatkan peristiwa 7 Oktober 2023 sebagai peluang untuk mencapai tujuan strategisnya.