Jumat 28 Jun 2024 10:14 WIB

Debat Presiden AS, Trump Rasis Terhadap Palestina, Dukung Israel Tuntaskan Perang di Gaza

Trump buat pernyataan berbaus rasis, sebut Biden bak orang Palestina

Rep: Teguh/ Red: Teguh Firmansyah
Donald Trump dan Joe Biden.
Foto: AP/Patrick Semansky
Donald Trump dan Joe Biden.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Donald Trump menyerang Presiden AS Joe Biden karena tidak cukup mendukung perang Israel di Gaza.  Menggunakan pernyataan yang merendahkan warga Palestina, Trump menyatakan bahwa ia mendukung kelanjutan operasi militer Israel.

Komentar tersebut disampaikan Trump pada debat presiden pertama tahun 2024 antara ia dan Joe Biden di stasiun CNN, Kamis (17/6/2024). Acara yang diperkirakan akan disaksikan oleh 60 persen orang dewasa Amerika.

Baca Juga

Seperti dilansir Middle East Eye, saat muncul pertanyaan tentang perang Israel di Gaza dan apa yang dilakukan AS untuk membawa pulang sandera Amerika? Biden menyalahkan Hamas karena tidak menerima perjanjian gencatan senjata yang diusulkan Israel.

Ia mengatakan Hamas adalah satu-satunya yang ingin melanjutkan perang. Pernyataan Biden bertolak belakang dengan fakta sebenarnya bahwa Netanyahu yang secara terbuka mengatakan menentang perjanjian gencatan senjata permanen.

“Dia mengatakan satu-satunya yang ingin terus maju adalah Hamas. Sebenarnya, Israel adalah satu-satunya [yang ingin melanjutkan perang], dan Anda harus membiarkan mereka pergi dan membiarkan mereka menyelesaikan tugasnya,” kata Trump sebagai tanggapannya.

"Dia tak mau melakukannya. Dia menjadi seperti orang Palestina, tapi mereka tidak menyukainya karena dia orang Palestina yang sangat buruk. Dia orang yang lemah," kata Trump dengan jawaban rasis.

Perang di Gaza hanya bagian kecil kecil dalam perdebatan tersebut. Namun komentar Trump tampaknya berbeda dari pernyataan yang dibuatnya beberapa bulan sebelumnya.

Pada bulan April, ia mengatakan kepada pembawa acara radio konservatif Hugh Hewitt: "Apa yang saya katakan dengan jelas adalah selesaikan masalah ini dan mari kita kembali ke perdamaian dan berhenti membunuh orang."

"Saya tidak yakin apakah saya menyukai cara mereka melakukannya," tambahnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement