Ahad 23 Jun 2024 10:55 WIB

Kisah Surat Rasulullah SAW Menjamin Keberadaan Kristen Armenia

Perlindungan Rasulullah SAW membuat komunitas kristen Armenia lestari di Yerusalem.

Pintu masuk menuju wilayah Armenia di Yerusalem pada abad ke-19.
Foto:

Ketika Umar mengambil menjabat khalifah pada 634 M, ia mengangkat Abu Ubaidah sebagai panglima tentara. Pasukan Abu Ubaidah menyerang Damaskus dan Yerusalem. Patriark Yunani Sophronius dan Patriark Armenia Krikor bertemu dengan Abu Ubaidah dan memberitahunya bahwa menduduki Yerusalem akan membuat marah Tuhan, karena Yerusalem adalah kota suci. Abu Ubaidah melaporkan kepada Khalifah Umar tentang pertemuannya dengan kedua patriark tersebut. 

Umar secara pribadi datang ke Yerusalem. Saudara laki-laki Patriark Yunani bertemu dengan Umar dan mengingatkannya tentang ketetapan Nabi Muhammad SAW. Umar kemudian mengeluarkan ketetapannya sendiri dan membenarkan ketetapan Nabi. Umar memasuki Yerusalem bersama para pengikutnya, mengunjungi tempat-tempat keagamaan, dan menyarankan untuk membangun Masjid di sebidang tanah di sebelah gereja makam Kristus. Masjid ini dibangun pada tahun 935 dan diberi nama “al-Umari.” Omar mengizinkan kebebasan beribadah umat Kristiani, namun melarang membunyikan lonceng gereja.

Khulafaur rasyidin terakhir, Ali bin Abi Thalib juga mengeluarkan dekrit untuk orang-orang Armenia di Yerusalem, membenarkan dekrit Rasulullah dan Umar sebelumnya.

Pada 1097, Tentara Salib menyerbu dan menduduki Yerusalem. Pada 1187, Salahuddin al Ayyubi yang berkebangsaan Kurdi dan keluarganya berasal dari Dvin di Armenia, merebut Yerusalem dari Tentara Salib dan mengusir mereka dari kota tersebut. Dia mengambil alih semua gereja Latin di Yerusalem dan melarang kebaktian gereja. Namun, dia memberikan kebebasan sebagian kepada orang Armenia.

Patriark Armenia Abraham II bersama sekelompok pendeta bertemu dengan Salahuddin dan menunjukkan kepadanya ketetapan Nabi Muhammad SAW. Salahuddin kemudian mengeluarkan ketetapan sendiri yang melanjutkan ketetapan yang dikeluarkan Nabi dan Khalifah Umar dan Ali. 

“Sebagaimana junjungan kami 'Umar Ibn al-Khaṭṭāb radhiyallahu 'anhu tunduk pada kehendak Muhammad, kami juga harus mematuhi dan mengikuti jalannya. Di antara umat Kristen, mereka [Muḥammad dan ‘Umar] memutuskan untuk menunjuk orang-orang Armenia dan rekan seagama mereka sebagai orang-orang Etiopia, Koptik, dan Kristen Suriah, sebagai subyek Rasulullah (SAW). Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib. Dan kami mengikuti keputusan itu,” bunyi ketetapan Salahuddin dalam arsip yang tersimpan.

photo
Denah Kota Tua Yerusalem - (Republika)

Salahuddin secara khusus mencatat dalam keputusannya yurisdiksi orang-orang Armenia atas gereja-gereja, tempat-tempat suci, Biara Sourp Hagop, gereja-gereja di Betlehem dan Nablus, Makam Suci, tempat-tempat suci lainnya, dan khususnya kebebasan orang-orang Armenia untuk beribadah. Dia juga menurunkan pajak terhadap pedagang dan peziarah Armenia.

Pada 1517, Sultan Ottoman Selim menduduki Yerusalem dan mengeluarkan dekritnya yang menegaskan hak istimewa yang diberikan kepada Patriarkat Armenia di Yerusalem oleh Nabi Muhammad, Khalifah Umar, dan Salahuddin. Penerus Sultan Selim, Sultan Suleiman, mengeluarkan dekritnya sendiri yang menegaskan kembali hak-hak Armenia di Yerusalem. Sultan-sultan berikutnya juga mengeluarkan dekrit, seperti Mehmed IV pada tahun 1659, Sultan Mahmud I pada tahun 1735, dan Sultan Abdulmejid I pada tahun 1853.

Gayane Mkrtumyan dari Fakultas Studi Oriental, Universitas Negeri Yerevan di Armenia menuliskan bahwa banyak salinan dari surat perlindungan Rasulullah SAW maupun dari penguasa Muslim tersimpan di berbagai gereja Armenia. Mereka tak hanya dalam bahasa Arab, tetapi juga bahasa Turki dan bahasa Persia.

Mkrtumyan yang menelaah arsip-arsip kuno itu menemukan ada kesamaan makna. “Konsistensi ini menyiratkan bahwa mereka berakar pada beberapa teks asli Arab yang disalin dan disebarluaskan ke berbagai komunitas Kristen yang hidup di bawah pemerintahan Muslim.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement