Kamis 13 Jun 2024 12:39 WIB

Kapal Rusia ke Kuba, Teringat Saat Dunia di Tubir Perang Nuklir

Perang Dunia III hampir terjadi pada 1962.

Pesawat tempur Skyhawks milik AS yang digunakan dalam operasi Teluk Babi pada 1961.
Foto: Public Domains
Pesawat tempur Skyhawks milik AS yang digunakan dalam operasi Teluk Babi pada 1961.

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Kunjungan empat kapal perang Rusia ke Kuba pada Rabu (12/6/2024) memantik kenangan soal yang terjadi 62 tahun lalu. Ada apa saat itu?

Merujuk tulisan wartawan Republika Selamat Ginting pada 2011 lali, mulanya adalah pagi hari, 15 April 1961. Tiga penerbangan pesawat pengebom ringan Douglas B-26B Invader diberi tanda Fuerza Aérea Revolucionaria (FAR/Angkatan Udara Revolusioner) pada pesawatnya. Pesawat-pesawat tempur itu mengebom dan menembaki landasan-landasan udara Kuba di San Antonio de Los Baños. Juga membombardir Bandara Internasional Antonio Maceo dan landasan udara di Ciudad Libertad.

Baca Juga

Itulah Operasi Puma, kode yang diberikan untuk serangan udara terhadap Angkatan Udara Revolusioner Kuba. Mereka merencanakan serangan udara selama 48 jam di seluruh pulau tersebut untuk menghancurkan secara efektif kekuatan udara Kuba. Selain itu memberikan jaminan kepada Brigade 2506 menguasai wilayah udara pulau tersebut sebelum pendaratan yang sesungguhnya di Teluk Babi.

Namun apa yang terjadi? Serangan udara itu tidak berlangsung terus-menerus seperti yang direncanakan semula. Mereka dibatasi oleh keputusan-keputusan politik pada tingkat tertinggi pemerintahan Amerika Serikat. Dan hal itu diketahui oleh pemimpin baru Kuba, Fidel Castro.

 

Saat itu, Castro baru saja dua tahun menggulingkan rezim diktator militer sayap kanan Jenderal Fulgencio Batista yang didukung AS pada 1 Januari 1959. Dua Presiden AS, Eisenhower dan Kennedy, telah menilai Kuba di bawah Castro berada di kubu Uni Soviet, seteru AS pada Perang Dingin. Karena itu, AS berusaha menggulingkan Castro dengan berbagai cara, termasuk lewat invasi di Teluk Babi.

Invasi Teluk Babi di Kuba dikenal pula sebagai Playa Girón, sesuai dengan pantai di Teluk Babi tempat pendaratan pasukan penyerbu yang direncanakan dan didanai oleh Amerika Serikat. Pelakunya adalah orang-orang Kuba di pembuangan di Kuba barat daya untuk menggulingkan pemerintahan Fidel Castro.

Castro telah mengetahui terlebih dahulu mengenai rencana invasi Amerika. Untuk itu, ia memerintahkan pesawat-pesawatnya ke tempat rahasia sehingga tidak bisa dihancurkan pesawat tempur Amerika.

Berbagai sandiwara heroik dilakukan Amerika saat invasi itu. Misalnya yang dilakukan pesawat-pesawat tempur dari Brigade 2506 yang dikirim pada pagi 15 April itu. Salah satunya ditugaskan untuk memberikan kisah heroik CIA dalam invasi tersebut.

Pesawat B-26 B dua penumpang yang dimodifikasi sedikit yang digunakan untuk misi ini dikemudikan oleh Kapten Mario Zuniga. Sebelum berangkat, penutup mesin dari salah satu dari kedua mesinnya diangkat oleh petugas pemeliharaan, ditembak, lalu dipasang kembali.

Tujuannya untuk memberikan kesan bahwa pesawat itu telah ditembaki dari darat pada saat penerbangan. Kapten Zuniga berangkat dari sebuah pangkalan pembuangan di Nikaragua dalam sebuah misi penerbangan rendah solo yang akan membawanya ke atas provinsi paling barat, Pinar del Rio, Kuba, kemudian ke timur laut menuju Key West, Florida.

Begitu berada di atas Pulau Kuba, Kapten Zuniga terbang curam meninggi menjauhi gelombang Selat Florida ke suatu ketinggian di mana ia akan terdeteksi oleh instalasi radar AS berada di utara Kuba. Pada suatu ketinggian dan jarak yang aman di sebelah utara pulau itu, Kapten Zuniga menghiasi mesin dengan lubang-lubang peluru hasil penembakan terlebih dulu pada penutup mesinnya, lalu mengirimkan pesan SOS dan meminta izin untuk segera mendarat di Stasiun Udara Angkatan Laut Boca Chica, beberapa kilometer di sebelah timur laut dari Key West, Florida.

Pada saat pesan Kapten Zuniga disampaikan kepada dunia pada pagi 15 April itu, tinggal satu pesawat pengebom Douglas dari Brigade itu yang belum kembali ke atas laut Karibia untuk kembali dipersenjatai dan mengisi bahan bakar. Namun pada saat pendaratan, para awak penerbang itu menemukan pesan kawat dari Washington yang memerintahkan mereka untuk menunda tanpa batas semua operasi pertempuran lebih lanjut terhadap Kuba.

Pada 17 April, sekitar 1.500 orang pelarian Kuba yang dilengkapi dengan persenjataan Amerika mendarat di pantai selatan Kuba di Teluk Babi. Mereka berharap akan mendapatkan dukungan dari penduduk setempat dan bermaksud melintasi pulau itu ke Havana.

CIA mengasumsikan bahwa invasi itu akan menimbulkan pemberontakan rakyat melawan Castro. Namun, operasi itu telah dinantikan oleh Castro, dan dalam mengantisipasi serangan itu pemerintah menangkapi sejumlah besar orang Kuba anti-Castro.

photo
Foto mantan Presiden Kuba Fidel Castro terlihat saat upacara penghormatan, setelah pengumuman kematian pemimpin revolusioner Kuba Fidel Castro di La Paz, Bolivia, (26/11). - (Reuters/David Mercado)

Di situ pasukan anti-Castro meminta tambahan pasukan. Namun di luar dugaan, Presiden Kennedy memutuskan untuk tidak memberikan dukungan udara AS kepada invasi yang gagal itu. Padahal, empat penerbang AS ditangkap di Kuba. Kennedy pun membatalkan sejumlah sortie pengeboman untuk tidak terbang.

Marinir AS tidak dikirim meskipun ada kapal-kapal pendukung di lepas pantai yang siap untuk mendarat begitu mendapat perintah. Pada saat pertempuran berakhir pada 19 April, 114 orang pelarian Kuba meninggal dan sisanya tertangkap.

Sekitar 1.200 pasukan pelarian Kuba itu dengan cepat diadili dan dijatuhi hukuman 30 tahun penjara karena pengkhianatan. Setelah perundingan selama 20 bulan dengan AS, Kuba melepaskan para tawanan itu dengan imbalan bantuan makanan dan obat-obatan senilai 53 juta dolar AS.

Kegagalan CIA… baca halaman selanjutnya

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement