REPUBLIKA.CO.ID, Kasus pembunuhan Vina dan Eki terus bergulir. Polisi terus mematangkan penyidikan termasuk memeriksa saksi, mengumpulkan bukti hingga pemeriksaan psikolog terhadap tersangka Pegi Setiawan.
Polisi tidak akan menghentikan penyidikan dan akan menyerahkan berkas Pegi ke Kejaksaan. Namun yang perlu diperhatikan, sejumlah saksi-saksi baru bermunculan dan memberikan keterangan yang meringankan tersangka. Pun saksi-saksi terhadap terpidana sebelumnya yang sudah divonis pengadilan.
"Sekarang sudah berkembang hampir 35 saksi kita periksa dan tersangka sudah ada di kantong kita. sekarang masih udah dalam upaya paksa dimulai satu orang dan akan bertambah lagi," kata Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi
Berikut pengakuan lima saksi dalam pembunuhan Vina yang mengajuan publik.
1. Suroto
Suroto merupakan saksi yang mengetahu pertama kali Vina dan Eki ditemukan tergelak di Jembatan Flyover Talun, Cirebon.
Suroto mengatakan, saat itu melihat ada dua orang korban, terdiri dari laki-laki dan peempuan (Eky dan Vina), yang tergeletak di jalan. Dia mengatakan, jarak antara posisi Eky dan Vina saat itu sekitar lima meter. Selain itu, adapula sebuah sepeda motor matic, yang jaraknya sekitar enam meter dari posisi Vina.
Suroto mendekati Eky terlebih dahulu. Dia mencoba membangunkan dan berkomunikasi dengan Eky, namun tak ada respon. Dia memperkirakan Eky saat itu sudah meninggal dunia.
Suroto juga sempat melepas helm dari kepala Eky karena tali pengikat helm terlihat mencekik leher Eky. Dia menambahkan, meski Eky memakai helm, namun darah mengalir dari balik helmnya. "Yang laki-laki (Eky) saya pegang, saya tanya : De, De, De, udah gak jawab. Wah ini sudah meninggal,’’ kata Suroto.
Melihat korban laki-laki yang tidak memberikan respons, Suroto kemudian beralih ke korban perempuan. Saat itu, korban perempuan masih hidup meski sudah tidak berdaya. Korban juga terdengar merintih meminta tolong.
"Dia minta tolong, tolong, tolong. Saya bilang, iya De, sabar ya, mobilnya lagi meluncur ke sini. Nanti dibawa ke rumah sakit. Iya, tolong tolong. Gak lama kemudian mobil datang, baru kita evakuasi ke RS Gunung Jati," tutur Suroto.
Suroto dan dua orang anggota polisi kemudian mengangkat korban ke mobil untuk selanjutnya dibawa ke rumah sakit. Nyawa kedua korban tak bisa diselamatkan.
2. Suharsono
Salah seorang tetangga Pegi di Desa Kepongpongan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Suharsono (40), mengaku yakin Pegi merupakan korban salah tangkap. Pasalnya, dia masih bersama Pegi di Bandung pada 27 Agustus 2016.
"Saya kerjanya bareng (dengan Pegi). Gak yakin (Pegi pelaku pembunuhan Vina dan Eky). Pegi itu salah tangkap,’’ kata Suharsono, yang biasa dipanggil Bondol, saat ditemui di Cirebon, Ahad (26/5/2024).
Suharsono menceritakan, beberapa hari sebelum peristiwa pembunuhan terhadap Vina dan Eky, dirinya ditelepon oleh Pegi, yang saat itu berada di Bandung. Saat itu, Pegi menawarkan pekerjaan untuknya sebagai kuli bangunan bersamanya.
"Awalnya dia nelepon ke saya, nanya, 'Mang Bondol lagi nganggur gak?' Kalau nganggur, berangkat aja ke Bandung,’’ ujar Suharsono, menirukan ucapan Pegi.
Suharsono (Bondol) pun mengaku menuruti ajakan Pegi karena saat itu dirinya sedang menganggur. Dia kemudian berangkat ke Bandung pada 21 Agustus 2016 bersama adik Pegi yang bernama Robi.
Suharsono tidak terlalu lama di Bandung. Kemudiaan saat malam terjadi pembunuhan, ia yakin Pegi ada di Bandung. Ini lantaran Pegi yang mengantarkannya balik sampai jalan raya.