REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Israel melakukan penyiksaan dan pelecehan secara sistematis terhadap warga Palestina yang ditahan di pangkalan militer Sde Teiman, Gurun Negev, berjarak sekitar 29 km dari perbatasan Gaza. Ini terungkap dari laporan dua jurnalis the New York Times (NYT) yang menghabiskan waktu tiga bulan mewawancarai tentara Israel di Sde Teiman dan warga Palestina yang ditahan di sana, seperti dikutip dari Palestine Chronicle, Kamis (6/6/2024).
Laporan NYT ini menguatkan laporan serupa yang diturunkan oleh CNN sebulan lalu. CNN mengungkap kondisi mengenaskan para tahanan dari whistleblower yang bekerja di pangkalan militer tersebut, yang sebagian areanya digunakan sebagai kamp penahanan bagi warga Palestina dari Jalur Gaza.
Laporan-laporan mengenai penyiksaan di Sde Teiman sebelumnya juga telah muncul di media Israel dan Arab. Protes dari kelompok-kelompok hak asasi manusia lokal dan internasional mengenai kondisi mengerikan di sana juga sudah banyak.
Salah satu jurnalis yang mengunjungi lokasi tersebut memberikan gambaran mengerikan mengenai kebijakan penyiksaan dan pelecehan sistematis oleh Israel sejak 7 Oktober. Laporan ini menggugurkan klaim berulang kali dari pemerintah Israel bahwa mereka beroperasi sesuai dengan praktik dan hukum internasional yang berlaku.
Sde Teiman dinyatakan sebagai “pusat interogasi sementara”. Namun pada kenyataannya, tempat ini lebih seperti pemuas nafsu personel militer Israel menyiksa warga Gaza ketimbang mengumpulkan data intelijen.
Mereka memperlakukan para tahanan dengan kejam, termasuk orang-orang yang kemudian diketahui tidak memiliki hubungan dengan Hamas atau kelompok-kelompok bersenjata lainnya yang menjadi incaran Israel.
Penyiksaan Sistematis
Sejumlah warga Gaza duduk berbaris, diborgol, dan ditutup matanya. Mereka tidak dapat melihat tentara Israel yang berdiri mengawasi mereka dari sisi lain ruangan berpagar jala tempat mereka dtahan.
Mereka dilarang berbicara lebih keras dari gumaman, tak boleh mengintip dari penutup mata, dan dilarang berdiri atau tidur kecuali jika diizinkan.
“Rekan-rekan saya tidak tahu apakah saya masih hidup atau sudah meninggal,” lapor NYT, mengutip pernyataan Muhammad al-Kurdi, 38 tahun, seorang supir ambulans yang telah dikonfirmasi oleh pihak militer bahwa ia ditahan di Sde Teiman pada akhir tahun lalu.
“Saya dipenjara selama 32 hari,” kata al-Kurdi, yang ditangkap pada bulan November setelah konvoi ambulansnya mencoba melewati pos pemeriksaan militer Israel di selatan Kota Gaza. “Rasanya seperti 32 tahun,” tambahnya.
Investigasi tersebut...