Selasa 28 May 2024 08:57 WIB

Mesir Baku Tembak dengan Israel, Bagaimana Sejarah Konfliknya?

Mesir dan Israel sebelumnya terlibat sejumlah perang besar.

Rep: Lida Puspaningtyas, Selamat Ginting/ Red: Fitriyan Zamzami
Pasukan Israel bersiap menyerang Mesir pada Perang 1967.
Foto:

Babak baru penyelesaian konflik Arab-Israel terjadi ketika Presiden Mesir Anwar Sadat dan PM Israel Menachem Begin, dengan prakarsa AS, mengadakan perundingan damai di Camp David, AS, pada 17 September 1978. Setahun kemudian, 1979, dicapai kesepakatan damai Mesir-Israel. 

Intinya, kesepakatan itu menegaskan diakhirinya kontak senjata antara Mesir dan Israel, dikembalikannya Semenanjung Sinai kepada Mesir, dan diakuinya Israel sebagai negara oleh Mesir yang ditindaklanjuti oleh pembukaan perwakilan resmi di kedua negara.

Mesir kemudian tercatat sebagai negara Arab pertama yang berdamai dan membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Namun, akibat sikap Sadat ini, Mesir dikecam negara-negara Arab, dan dikeluarkan dari keanggotaan Liga Arab. Markas organisasi ini pun kemudian dipindah dari Kairo ke Tunis, untuk beberapa tahun. Sadat dituding sebagai pengkhianat perjuangan bangsa Arab.

photo
PM Israel Menahem Begin, Presiden AS Jimmy Carter dan Presiden Mesir Anwar Sadat menjelang perundingan Camp David pada 1979. - (Wikimedia Commons)

Alasan yang mendasari sikap Sadat yang berdamai dengan Israel, sebagaimana ditulis dalam buku Ayyam Sadat (Hari-hari Sadat) yang kemudian hari difilmkan ini, tak lain adalah, pilihan perang melawan Israel sejatinya tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Ia mengacu pada kenyataan sejarah, yang bukan semata karena takut kepada Isarel, tetapi, seperti yang ia tegaskan itu, di belakang Israel adalah AS.

Hal ini pula yang coba ia jelaskan kepada para pemimpin Arab saat itu. Dengan bergulirnya waktu, negara-negara Arab menyadari bahwa solusi konflik berkepanjangan itu tidak bisa dibiarkan tanpa jalan keluar yang adil. Maka, mereka menerima jalan keluar itu melalui media perundingan, dengan mediator utama AS dan Uni Eropa.

Peristiwa penting di tahun 1979, dimana dicapai kesepakatan damai Mesir-Israel itu kemudian menjadi fase baru interaksi Arab-Israel secara keseluruhan. Sayangnya, 'cetak biru' perdamaian tak semulus di atas kertas. Di sinilah masalah Palestina muncul sebagai masalah global dan menjadi isu sentral dalam sejarah konflik Arab-Israel.

 

Wilayah-wilayah Palestina baik di Tepi Barat maupun Jalur Gaza yang dianeksasi Israel membuat konflik makin rumit dan jauh dari penyelesaian. Sikap Israel yang tak mau tunduk pada resolusi PBB maupun kesepakatan internasional lainnya, tak jarang melahirkan sikap antipati dunia Arab dan Islam terhadap Israel, bahkan AS, sebagai negara yang senantiasa berpihak pada negeri Yahudi itu.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement