Kamis 02 May 2024 07:22 WIB

Jimly Harap Emosi Masyarakat Sudah Mereda Terkait Pilpres

Emosi yang muncul selama Pilpres 2024 sangat luar biasa.

Rep: Febryan A/ Red: Indira Rezkisari
Foto Presiden dan Wakil Presiden Terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Foto: Republika
Foto Presiden dan Wakil Presiden Terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang juga pakar hukum tata negara, Jimly Asshiddiqie bersyukur karena semua partai politik sudah mengucapkan selamat atas penetapan Prabowo-Gibran sebagai presiden-wakil presiden terpilih. Dia berharap, sikap partai-partai itu dapat meredam emosi masyarakat yang muncul dalam Pilpres 2024.

"Alhamdulillah sekarang semua partai ini sudah ya saling memberi selamat gitu ya kan gitu walaupun berbeda haluan tadinya. Jadi artinya mudah-mudahan masyarakat kita yang di bawah, di lapangan itu reda emosinya," kata Jimly dalam acara halal bihalal ICMI di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu (1/5/2024) malam.

Baca Juga

Menurut dia, emosi masyarakat yang muncul selama Pilpres 2024 sangat luar biasa. Emosi muncul karena masyarakat terbelah mendukung pasangan capres-cawapres. Apabila emosi masyarakat itu dibiarkan terus, maka kohesivitas atau atau persatuan akan rusak.

"Apalagi tidak semua orang pandai gitu ya bersikap merespons kritik dan kemarahan orang kadang-kadang kan dia emosi juga. Termasuk pejabat juga banyak yang emosi," ujarnya.

Jimly mengajak semua masyarakat untuk bersatu kembali karena gelaran Pilpres 2024 sudah usai. Semua perbedaan yang muncul selama hajatan pemilihan presiden itu harus dikesampingkan demi masa depan Indonesia.

"Alhamdulillah sekarang karena semuanya sudah selesai, mari kita bersilaturahim, padu kembali untuk Indonesia, untuk umat dan untuk bangsa. Jadi tidak ada jalan lain kecuali demikian, dan kita manfaatkan semangat Idul Fitri ini," ujarnya.

Secara spesifik, Jimly mengajak para tokoh untuk tak lagi membuat situasi politik menjadi panas. Dengan begitu, diharapkan masyarakat luas juga akan ikut teredam emosinya.

"Kita lupakan dulu perbedaan kemarin. Biar aja orang lain di masyarakat, di media sosial, udah enggak usah dilarang, tapi tokoh-tokoh yang berpengaruh sebaiknya mulai menurunkan suhu," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement