Senin 22 Apr 2024 16:35 WIB

Pimpin HUT Ke-78 TNI AU, Panglima Singgung Konflik Laut China Selatan

Jenderal Agus Subiyanto menyebut kondisi geopolitik di Timur Tengah sedang memanas.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto (kedua kiri) melakukan pemeriksaan pasukan saat peringatan HUT ke-78 TNI AU di Akademi Angkatan Udara, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (22/4/2024). Peringatan HUT ke-78 TNI AU tersebut mengangkat tema Adaptif, Modern, Profesional, Unggul, dan Humanis serta Dicintai Rakyat dalam Menjaga Kedaulatan Nasional.
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto (kedua kiri) melakukan pemeriksaan pasukan saat peringatan HUT ke-78 TNI AU di Akademi Angkatan Udara, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (22/4/2024). Peringatan HUT ke-78 TNI AU tersebut mengangkat tema Adaptif, Modern, Profesional, Unggul, dan Humanis serta Dicintai Rakyat dalam Menjaga Kedaulatan Nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menekankan, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) harus mampu beradaptasi terhadap perkembangan situasi nasional, regional, maupun global. Apalagi, situasi global sedang tidak menentu.

"Kita ketahui bersama bahwa kondisi geopolitik di Timur Tengah saat ini telah memanas setelah Iran meluncurkan serangan drone dan rudal ke Israel yang kemudian direspons oleh Israel dengan meluncurkan rudal sebagai serangan balasan terhadap Iran," kata Agus saat menjadi inspektur upacara HUT ke-78 TNI AU di Akademi Angkatan Udara (AAU), Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (20/4/2024).

Baca: Koops Habema TNI Tembak Dua OPM di Nduga, tapi Bisa Kabur

Sedangkan pada tataran regional, lanjut Agus, Laut China Selatan hingga saat ini masih memiliki konflik yang belum dapat diselesaikan hingga tuntas. "Kepentingan setiap negara atas wilayah Laut China Selatan memberikan dampak terhadap keseimbangan politik di kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik," kata eks KSAD tersebut.

Kondisi global dan regional tersebut, menurut Agus, secara langsung maupun bakal memberikan dampak bagi Indonesia. Karena itu, Agus mengingatkan sebagai pengawal dirgantara nasional TNI AU hendaknya dapat bersikap adaptif terhadap segala perkembangan lingkungan strategis termasuk teknologi yang menyertai demi keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.

Menghadapi perkembangan lingkungan strategis yang sangat dinamis, menurut Agus, TNI AU secara bertahap telah meningkatkan kemampuan alutsista dengan mengakuisisi sejumlah alutsista modern. Agus menyebutkan sejumlah alutsista baru tersebut.

Baca: Bertemu Menhan Prabowo, KSAU Bahas Isu Pertahanan Udara

Antara lain, pesawat tempur Rafale, pesawat C-130J-30 Super Hercules, helikopter H225M Caracal, pesawat terbang tanpa awak (PTTA) Anka, Radar GM 403, serta rudal Nasaam. TNI AU, lanjut Agus, juga telah melakukan peningkatan kemampuan alutsista melalui program Falcon Star eMLU pesawat F-16 dan modernisasi pesawat C-130 H Hercules.

"Saya berharap peningkatan kemampuan alutsista tersebut menjadikan TNI Angkatan Udara tidak hanya lebih unggul melainkan juga lebih disegani di kawasan," tutur Agus.

Dia juga menekankan, modernisasi alutsista yang sudah berjalan dapat menjadi titik tolak TNI AU untuk mematangkan konsep postur dan Rencana Strategis Nasional (Renstra) 2025-2044 sebagai bekal pertahanan Matra Udara menuju Indonesia Emas 2045.

Baca: Laksamana Muhammad Ali Ingin Bangkitkan Naval Diplomacy di RI

"Kemudian dalam lingkup nasional saya juga berharap TNI Angkatan Udara sebagai bagian dari jati diri TNI sebagai tentara rakyat dapat mengedepankan faktor humanis untuk membantu kesulitan masyarakat melalui berbagai program dan kegiatan kemanusiaan," ujar Agus.

Dia pun mengapresiasi seluruh prajurit TNI atas profesionalitas, dedikasi, dan militansinya dalam setiap pelaksanaan tugas. Khususnya keberhasilan TNI AU dalam misi bantuan kemanusiaan ke Palestina baru-baru ini.

"Partisipasi TNI dalam misi bantuan kemanusiaan ke Palestina dengan tajuk Solidarty Path Operation bersama dengan delapan negara lainnya merupakan salah satu wujud pembuktian kemampuan TNI dalam interoperabilitas dengan militer negara lain sekaligus keberhasilan kemampuan diplomasi kemanusiaan bangsa Indonesia khususnya TNI di percaturan internasional," kata Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement