Selasa 02 Apr 2024 01:59 WIB

BMKG: Waspadai Potensi Puting Beliung Saat Pancaroba  

Faktor yang paling dominan mempengaruhi hal tersebut adalah adanya awan Cumulonimbus.

Kondisi bangunan pasca peristiwa puting beliung di Rancaekek, (ilustrasi)
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Kondisi bangunan pasca peristiwa puting beliung di Rancaekek, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi terjadinya bencana angin puting beliung pada masa pancaroba atau transisi dari musim hujan menuju musim kemarau.

"Jika dilihat dari pola angin, pola curah hujan, dan suhu udara, wilayah Jawa Tengah bagian selatan khususnya Kabupaten Cilacap dan sekitarnya saat sekarang telah memasuki masa pancaroba atau peralihan," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Senin (1/4/2024). 

Baca Juga

Ia mengatakan berdasarkan pantauan cuaca di wilayah Cilacap dan sekitarnya, cuaca dalam empat hari terakhir masih terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang kadang disertai petir dengan waktu terjadinya hujan di wilayah pesisir cenderung pada malam dan pagi hari. Akan tetapi di wilayah yang lebih ke utara atau jauh dari pesisir, kata dia, kecenderungan hujan terjadi pada siang hingga sore hari yang kadang disertai petir.

"Arah angin bervariasi, terpantau lambat laun arah angin beralih dari semula angin baratan berubah arah menjadi dari arah tenggara hingga dari arah selatan," katanya.

Menurut dia, suhu udara maksimum selama bulan Maret 2024 masih relatif panas dan tercatat sempat mencapai 35 derajat Celcius pada 22 Maret. Lebih lanjut, dia mengatakan ada beberapa hal yang perlu diwaspadai terkait dengan cuaca pada masa peralihan musim, yakni kejadian hujan lebat durasi singkat, petir, dan angin kencang, atau kombinasi dari ketiga hal tersebut seperti hujan lebat disertai petir, hujan lebat disertai angin kencang atau puting beliung, serta hujan lebat disertai petir dan angin kencang.

"Faktor yang paling dominan mempengaruhi hal tersebut adalah adanya awan Cumulonimbus atau Cb, walaupun tidak semua awan Cumulonimbus berpengaruh," katanya menjelaskan.

Ia memprakirakan masa transisi di Jateng selatan khususnya Cilacap dan sekitarnya akan berlangsung hingga bulan Mei. Selanjutnya pada dasarian (10 hari, red.) pertama bulan Mei hingga dasarian kedua bulan Juni, kata dia, wilayah Cilacap dan sekitarnya akan memasuki awal musim kemarau.

"Puncak musim kemarau diprakirakan terjadi pada bulan Juli 2024. Sedangkan prakiraan sifat musim kemarau adalah normal hingga bawah normal," kata Teguh.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement