Senin 01 Apr 2024 06:49 WIB

Ketua Komisi I DPR Ingatkan TNI Soal SOP Perawatan Alutsista

DPR minta TNI AD proaktif mendata kerugian masyarakat akibat ledakan amunisi.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid.
Foto: Dok DPR
Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid, menyayangkan insiden ledakan yang terjadi di gudang amunisi milik Kodam Jaya TNI AD di wilayah Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri, perbatasan antara Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (30/3/2024) malam WIB. Insiden tersebut menyebabkan gangguan bagi keamanan dan keselamatan penduduk sekitar.

"TNI AD harus menyiapkan standar penanganan pengamanan pemeliharaan dan perawatan alutsista, terutama yang lokasi penyimpanannya berada di daerah padat penduduk seperti yang terjadi di Bekasi kemarin," ujar Meutya lewat siaran pers di Jakarta, Ahad (31/3/2024).

Baca: Citra Satelit Ungkap Permukiman Mendekat ke Gudmurah Kodam Jaya

Pihaknya juga juga meminta TNI AD proaktif mendata kerugian masyarakat terkait kerusakan rumah warga yang terdampak guncangan ledakan dan kebakaran gudang amunisi Yonarmed milik Kodam Jaya. Menurut Meutya, TNI AD harus bertanggung jawab dengan mengganti kerugian materiel tersebut.

Politikus Partai Golkar tersebut juga berharap, TNI AD dapat memperbaiki standar operasional prosedur (SOP) pada masa mendatang. Langkah itu sekaligus melaksanakan petunjuk teknis mengenai pemeliharaan dan perawatan amunisi di lingkungan TNI secara lebih ketat.

"Penanganan insiden ini dilakukan secara cepat dan tepat guna menghindari kerusakan lebih banyak terhadap fasilitas TNI maupun warga sekitar," ucap Meutya.

Baca: Mengenal Pangdam Jaya Mayjen M Hasan, Eks Pengawal Jokowi

Sebelumnya, Panglima Kodam Jaya, Mayjen M Hasan, mengeklaim sistem pergudangan yang mengalami kebakaran di Gudang Munisi Daerah (Gudmurah) Peralatan Kodam (Paldam) Jaya di Ciangsana, Kabupaten Bogor, Sabtu malam WIB, sudah sangat aman. Menurut dia, ledakan terjadi akibat reaksi kimia amunisi yang labil karena sudah kedaluwarsa.

Menurut Hasan, sistem pergudangan itu sudah sangat aman karena lokasinya berada di bunker dan di atasnya terdapat tanggul yang dapat mengamankan apabila ada ledakan ke samping. Tetapi, kata dia, selongsongnya memang memungkinkan menyebar secara vertikal hingga mencapai beberapa tempat.

"Tapi kami pastikan, prosedur maupun sistem ini sudah sedemikian rupa sehingga kalau ada ledakan seperti ini diperkirakan akan aman," jelas eks danjen Kopassus tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement