REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR--Selter Pattingalloang, Kecamatan Ujung Tanah, Makassar, Sulawesi Selatan, menjadi percontohan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan di Sulawesi Selatan.
"Awal mula dibentuknya shalter Pattingalloang ini karena kepedulian terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di masyarakat pesisir," kata Pengagas Selter Panggagas Selter Pattinglloang Nuraerni di Makassar, Sabtu (30/3/2024) lalu.
Nuraerni mengatakan bahwa selter ini merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Makassar. Menurut dia, pembentukan selter tersebut merupakan suatu gerakan dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Tujuannya memberikan pemahaman atas perolehan hak terhadap perempuan dan anak.
Kelompok selter warga yang sudah terbentuk sebelum masa Covid-19, kata Nuraeni, mempunyai tugas untuk menyisir warga, khususnya perempuan dan anak yang tidak terpenuhi hak-haknya. "Saya berharap hal tersebut dapat memutus rantai kekerasan terhadap perempuan maupun anak di dalam rumah tangga maupun lingkungan sekitarnya," ujar Ketua Selter Pattingalloang ini.
Selter Pattingalloang yang sudah dikunjungi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati, ini bertujuan untuk membantu masyarakat agar mereka bisa melaporkan ketika mereka mengalami kekerasan tanpa perlu jauh-jauh. Hal ini mengingat selter ini berada di tengah-tengah masyarakat yang mendekatkan masyarakat dengan pelayanan selter.
Hal unik pada selter ini, menurut dia, ketua shelter mencoba membangun kemandirian lokal dengan membangun usaha, seperti membuat abon ikan dan bakso ikan. Kondisi tersebut, lanjut dia, karena keterbatasan anggaran, sedangkan untuk melaksanakan dan mengembangkan selter membutuhkan dana anggaran. Namun, keterbatasan ini mampu diatasi dengan memanfaatkan potensi lokal.
Sedikitnya 80 orang yang tergabung dalam binaan Selter Pattingalloang sekaligus menjadi tempat pemberdayaan ekonomi ini. Mereka sudah mampu membina keluarga-keluarga masyarakat pesisir untuk mandiri dan menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang perguruan tinggi.