Selasa 26 Mar 2024 10:45 WIB

Kasus DBD di Boyolali Naik Signifikan Tahun Ini Dibanding pada 2023

Boyolali melakukan gerakan PSN dan Germas untuk memberantas jentik nyamuk.

Nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia dewasa terlihat dari mikroskop untuk penelitian di Insektarium Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, Sabtu (2/12/2023). Sejak 2011 Insektarium UGM mengembangbiakkan atau berternak nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia. Tujuan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia dikembangbiakkan untuk menekan penularan virus demam berdarah di masyarakat. Mulai 2015 pelepasan telur Aedes aegypti mulai dilakukan di lingkungan masyarakat. Saat ini, Insektarium UGM bisa memanen telur nyamuk Aedes aegypti sebanyak 550.000 telur dalam atau periode atau sekitar tiga minggu.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia dewasa terlihat dari mikroskop untuk penelitian di Insektarium Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, Sabtu (2/12/2023). Sejak 2011 Insektarium UGM mengembangbiakkan atau berternak nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia. Tujuan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia dikembangbiakkan untuk menekan penularan virus demam berdarah di masyarakat. Mulai 2015 pelepasan telur Aedes aegypti mulai dilakukan di lingkungan masyarakat. Saat ini, Insektarium UGM bisa memanen telur nyamuk Aedes aegypti sebanyak 550.000 telur dalam atau periode atau sekitar tiga minggu.

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Dinas Kesehatan Boyolali, Jawa Tengah, menyebutkan jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) pada 2024 meningkat dibanding waktu yang sama tahun sebelumnya.

"Jumlah data DBD di Kabupaten Boyolali 2024 mengalami kenaikan cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya, yakni dari data 2023 hingga akhir Maret sebanyak 187 kasus dengan angka kematian mencapai dua orang," kata Kepala Dinkes Boyolali Puji Astuti di sela acara Rakor Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) pemberantasan penyakit BDB, Selasa (26/3/2024).

Baca Juga

Menurutnya, jumlah kasus DBD di Boyolali sejak Januari hingga Maret pada 2024 tercatat meningkat sebanyak 259 kasus dengan rincian 237 DBD dan 22 kasus Dengue Syok Syndrome (DSS).

Puji Astuti menjelaskan dari total 237 kasus DBD tersebut tercatat pada Januari 2024 mencapai 81 kasus. Kemudian, Februari ada 86 kasus dan Maret ini menurun jadi 70 kasus. Namun, kasus DBD hingga Maret 2024  memang kasusnya meningkat dibanding dengan waktu yang sama pada 2023.

Bahkan, dari 237 kasus DBD di Boyolali, lima di antaranya meninggal dunia, yakni tiga orang di Wonosamodro, dan masing-masing satu orang di Teras dan Wonosegoro. Kendati demikian, kasus DBD di Boyolali kini terus menurun

"Kami mendata kasus DBD hingga Maret ini, jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya memang grafiknya naik, sehingga harus waspada," katanya.

Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk membersihkan tempat-tempat yang tergenang air atau pohon rimbun-rimbun lainnya harus dikurangi. Karena, sekarang masih ada hujan, ada genangan di tempat-tempat itu, tetapi juga ada hari panasnya sehingga memungkinkan nyamuk Aedes aegypti berkembang-biak.

"Kami berharap semoga dengan gerakan PSN dan Germas dalam upaya penurunan kasus DBD di daerah ini, dapat berhasil," katanya.

Pemkab Boyolali juga kini menggelar rapat koordinasi dengan Pokjanal di wilayahnya, untuk menentukan langkah-langkah strategi dalam penanganan penyakit DBD sehingga Boyolali tetap aman.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement