Jumat 22 Mar 2024 08:01 WIB

Beda Sikap Nasdem dan Anies, Ini Analisis Pengamat

Parpol koalisi perubahan punya agenda masing-masing usai Pilpres.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Indira Rezkisari
Paslon nomor urut 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar AMIN (kiri), Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (dua dari kanan), dan Wapres RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (kanan) memberikan keterangan pers di kediaman Jusuf Kalla di Jalan Brawijaya Raya, Jakarta Selatan, Rabu (20/3/2024).
Foto: Republika/Eva Rianti
Paslon nomor urut 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar AMIN (kiri), Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (dua dari kanan), dan Wapres RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (kanan) memberikan keterangan pers di kediaman Jusuf Kalla di Jalan Brawijaya Raya, Jakarta Selatan, Rabu (20/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Indonesia, Arifki Chaniago, menilai sudah terjadi perbedaan sikap antara Anies Baswedan dan Partai Nasdem dalam menyikapi hasil Pilpres 2024. Perbedaan terjadi karena beda kepentingan parpol dan paslon.

Nasdem sudah mengucapkan selamat atas kemenangan pasangan calon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Sedangkan Anies dan tim pemenangan masih ingin menempuh jalur Mahkamah Konstitusi untuk menggugat hasil pemilu.

Baca Juga

 

Arifki menilai perbedaan sikap NasDem dan Anies dalam menanggapi hasil pilpres karena terjadinya perbedaan kepentingan parpol dengan paslon terhadap hasil pilpres.

 

“Anies memperjuangkan haknya dan pendukungnya yang tidak puas dengan hasil pemilu. Sedangkan NasDem tentu berhitung kepentingan dengan presiden dan wakil presiden terpilih,” kata Arifki, Kamis (21/3/2034).

 

Dengan sikap yang ditunjukkan Nasdem, Arifki melihat sudah ada sinyal partai besutan Surya Paloh itu akan merapat ke kubu Koalisi Indonesia Maju mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran. Karena Nasdem sudab lebih awal mengakui kemenangan Prabowo-Gibran dari parpol koalisi 01 dan 03.

 

Arifki menyebut Nasdem sudah memperkuat legitimasinya untuk ikut dengan pemerintahan selanjutnya. Pada sisi lain, kata dia mungkin saja Nasdem menilai ini pilihan realitis yang ada saat ini demi nasib partai dan nasib Surya Paloh terutama dalam kepentingan bisnis.

 

Lanjut Arifki, parpol di koalisi perubahan punya agenda masing-masing pasca Pilpres. Kata dia, kepentingan untuk masuk ke kabinet Prabowo-Gibran, tidak hanya Nasdem. Tapi PKB dan PKS punya ruang yang sama untuk bisa menjadi bagian dari pemerintahan baru.

 

“Pujian yang diberikan oleh Jokowi kepada menteri PKB atas kenaikan suara partai dan titip salamnya Jokowi untuk Cak Imin, bisa menjadi simbol politik Jokowi untuk PKB. Selain itu, PKS tentu juga membaca kesempatan yang sama untuk menjadi bagian dari pemerintahan Prabowo, karena sudah lama menjadi partai oposisi dan punya kedekatan yang lama dengan Prabowo,” ucap Arifki.

 

PKS walau sudah 10 tahun menjadi oposisi, tapi partai tersebut punya rekam jejak masa lalu yang ‘romantis’ dengan Gerindra dan Prabowo. Di mana PKS setia mendukung Prabowo pada Pilpres 2014 dan 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement