Rabu 31 Jan 2024 16:25 WIB

BPBD Mataram Distribusikan Ratusan Karung untuk Bikin Tanggul Darurat

Karung-karung ini berfungsi untuk membuat tanggul darurat dengan isi pasir.

Warga membuat tanggul darurat dengan isi pasir. BPBD Mataram mendistribusikan ratusan karung kepada warga untuk membuat tanggul.
Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan
Warga membuat tanggul darurat dengan isi pasir. BPBD Mataram mendistribusikan ratusan karung kepada warga untuk membuat tanggul.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), telah mendistribusikan ratusan karung kepada warga di lima kelurahan yang rawan gelombang pasang. Karung-karung tersebut berfungsi untuk membuat tanggul darurat dengan isi pasir.

"Karung yang sudah kami distribusi sekitar 500 lembar atau satu kelurahan dapat 100 karung untuk membuat tanggung darurat," kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Mataram Mahfuddin Noor di Mataram, Rabu (31/1/2024).

Baca Juga

Menurutnya, lima kelurahan yang dinilai menjadi kawasan rawan abrasi akibat gelombang pasang meliputi Kelurahan Bintao, Ampenan Tengah, Ampenan Selatan, Tanjung Karang, dan Kelurahan Tanjung Karang Permai. "Kemarin kami sudah bergotong royong membuat tanggul dari karung yang diisi pasir di Kelurahan Tanjung Karang," katanya.

Pendistribusian sekitar 500 lembar karung tersebut, kata dia, merupakan tahap pertama. Apabila ke depan masyarakat masih membutuhkan karung untuk membuat tanggul darurat, BPBD akan segera didistribusikan lagi.

"Prinsipnya, untuk kebutuhan logistik kedaruratan kami sudah siap," katanya.

Lebih jauh Mahfuddin mengatakan berdasarkan informasi dari BMKG, perkembangan cuaca se-NTB saat ini sudah masuk musim hujan tapi belum merata. Kendati demikian, lanjutnya, dalam satu minggu ini terjadi peningkatan ketinggian gelombang di sepanjang sembilan kilometer pantai Kota Mataram dari 0,5 meter menjadi 1-1,5 meter. 

"Kondisi ini memang terjadi tidak terus menerus, tapi harus tetap diwaspadai," katanya.

Apalagi tiga hari yang lalu akibat gelombang pasang, lanjutnya, air sampai masuk ke permukiman penduduk, terutama pada lima kelurahan di Kecamatan Ampenan dan Sekarbela. Sejauh ini, kata dia, memang belum berdampak pada permukiman penduduk karena ketika air laut yang masuk masih bisa hilang dalam beberapa menit.

"Tapi ada laporan akibat gelombang pasang itu, sebanyak tujuh perahu nelayan mengalami rusak. Dua diantaranya rusak berat, sisanya rusak ringan," katanya.

Terkait dengan itu pihaknya mengimbau kepada nelayan agar selalu waspada ketika hendak turun melaut sebab dengan kondisi saat ini perubahan cuaca bisa terjadi di luar prediksi. "Dengan cuaca saat ini sebagian besar nelayan saat ini tidak melaut. Kalaupun ada yang turun, kami tetap ingatkan agar selalu waspada," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement