Selasa 23 Jan 2024 11:57 WIB

Hari Paling Mematikan Bagi IDF di Gaza, 22 Tentara Tewas dalam Sehari pada 22 Januari

Pertempuran sengit antara IDF dan Hamas terjadi di Khan Younis, selatan Gaza.

Rep: Kamran Dikrama, Lintar Satria/ Red: Andri Saubani
Tentara Israel dalam posisi siaga saat operasi darat di Khan Younis, Jalur Gaza, Palestina. (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Ohad Zwigenberg
Tentara Israel dalam posisi siaga saat operasi darat di Khan Younis, Jalur Gaza, Palestina. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KHAN YOUNIS -- Sebanyak 22 tentara Israel (IDF) dilaporkan tewas menyusul ledakan besar di Gaza pada Senin (22/1/2024). Angka itu disebut-sebut menjadi jumlah kematian terbesar yang dialami IDF dalam sehari selama perang Israel-Hamas sejak 7 Oktober 2023.

Berdasarkan laporan Al Arabiya dilansir the Mirror, puluhan tentara Israel itu tewas dalam rangkaian ledakan dua gedung, sebuah tank yang menjadi target Hamas, dan pemboman sebuah terowongan yang semuanya terjadi di Khan Younis, Gaza selatan. Rangkaian peristiwa itu terjadi bersamaan dengan upaya IDF memperluas jajahannya di selatan Kota Gaza.

Baca Juga

Dikutip Associated Press, militer Israel menyebut peristiwa di Khan Younis sebagai serangan paling mematikan selama tiga bulan perang melawan Hamas. Pihak militer Israel menyebut jumlah tentaranya yang tewas dalam sehari kemarin mencapai 21 orang.

Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari menerangkan, para prajuritnya tengah menyiapkan bahan peledak untuk meledakkan dua gedung di Gaza tengah. Namun, sebuah oleh roket militan Hamas menghantam sebuah tank yang di parkir dekat gedung itu kemudian memicu ledakan besar yang meruntuhkan gedung yang di dalamnya tengah berkumpul para prajurit Israel.

Khan Younis memang menjadi fokus serangan IDF sejak awal pekan ini lantaran mereka yakin, para komandan Hamas berkumpul di di wilayah itu. Pada Ahad (21/1/2024), militer Israel mengklaim menemukan ruang bawah tanah di Khan Younis yang mereka yakini sebagai tempat Hamas menempatkan sandera.

Sejauh ini, sebanyak 195 tentara IDF telah tewas menyusul operasi darat di Gaza. Sejalan dengan operasi militer itu, seperti dilaporkan Menteri Kesehatan Paletina, lebih dari 25 ribu warga Gaza telah terbunuh.

Seiring terus bertambahnya jumlah tentara IDF yang tewas, pemerintah Benjamin Netanyahu kini mendapatkan tekanan besar baik dari rakyatnya sendiri dan negara sekutu untuk membuat kesepakatan damai baru dengan Hamas. Namun, Netanyahu seperti dikutip the Express kemarin, menegaskan, dirinya tidak menerima proposal perdamaian dari Hamas terkait pertukaran sandera.

Berbicara dalam wawancara dengan saluran televisi Israel, Channel 12, mantan perwira dan Ombudsman IDF untuk Pengaduan Prajurit, Mayor Jenderal (Purnawirawan) Yitzhak Brik, mengatakan, Israel harus menerima kenyataan bahwa mereka tidak dapat memenangkan perang di Gaza. Brik berpendapat, satu-satunya pilihan yang tersedia bagi Israel adalah menerima kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan dengan Hamas. 

Brik mengungkapkan, meskipun pasukan Israel sudah menghancurkan 1.100 bukaan terowongan Hamas di Gaza, masih terdapat ribuan terowongan tambahan dan ratusan kilometer di antaranya. Menurutnya, jika dilema itu tak diselesaikan, kemenangan atas Hamas tidak akan tercapai.

Brik pun sempat ditanya apakah mengendalikan perbatasan dan Poros Philadelphi bisa menghasilkan kemenangan dalam pertempuran melawan Hamas. Ia pun menjawab, “Perang tidak dapat dimenangkan. Kita harus menghadapi kebenaran. Menurut pendapat saya, sangat sulit saat ini untuk melemahkan Hamas, dan hal yang paling mudah adalah adalah mendapatkan kembali mereka yang diculik.”

 

 

photo
Partisipasi Generasi Z pada boikot produk Israel mencapai 50 persen. - (Tim Infografis)

 

sumber : Antara, Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement