Zawawi menjelaskan, sebenarnya carok adalah perkelahian biasa. Meskipun bagi sebagian orang Madura, dianggap ada hubungannya dengan nilai-nilai ketersinggungan. Dinamakan carok, karena memang perkelahian dalam bahasa Madura disebut carok.
"Sebenarnya hal-hal yang seperti itu terjadi juga di Jakarta misalnya tawuran. Kan biasanya lebih banyak dari carok. Tapi mungkin senjatanya berbeda," ucapnya.
Zawawi bersyukur lantaran semakin hari peristiwa carok di Madura semakin jarang. Terutama setelah banyaknya warga Madura yang melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Lebih banyak masyarakat yang menyelesaikan persoalan lewat jalan damai.
"Sudah banyak yang sekolah sampai SMA, sudah mondok di pesantren. Biasanya menghindari, selagi jalan damai bisa ditempuh," kata dia.