REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) mencatat transaksi senilai Rp 11,47 triliun dari kegiatan misi dagang selama 2019 - 2023.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa merinci transaksi misi dagang dalam negeri tercatat sebanyak 1.641 kali dengan nilai Rp 10,17 triliun. "Sedangkan transaksi dari misi dagang luar negeri sebanyak 39 kali dengan nilai Rp 1,3 triliun," kata Khofifah melalui keterangan tertulis yang diterima di Surabaya, Sabtu (6/1/2024).
Khofifah menjelaskan misi dagang luar negeri baru digelar mulai 2022, yaitu di Arab Saudi, Malaysia, Timor Leste dan Hong Kong.
Sejumlah komoditas dalam berbagai kegiatan misi dagang tersebut meliputi sambal lauk, kacang hijau, ayam/bebek beku, bumbu, rempah rempah, mi kering, kopi dan minyak goreng. Selain itu alpokat, manggis, kacang mete, aneka kripik buah, bakso, ikan beku, kelapa dan sarang burung walet.
Khofifah mengungkapkan, kegiatan misi dagang merupakan upaya nyata demi mewujudkan penguatan pasar berbagai komoditas asal Jatim. Ia yakin hal itu akan berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.
"Misalnya saat terjadi kelangkaan beras. Kita bisa suport wilayah yang memang membutuhkan beras karena Jatim berasnya surplus. Begitu pula sebaliknya. Jadi ini menjadi kesempatan untuk saling melengkapi komoditas dengan wilayah lainnya," ujarnya.
Menurutnya kegiatan misi dagang juga merupakan salah satu cara menjalin kerja sama yang efektif. Karena para pedagang bisa langsung bertemu dengan pembeli sehingga bisa mengenalkan produknya sekaligus dapat menjalin kerja sama.
Kegiatan ini untuk memfasilitasi upaya peningkatan nilai transaksi perdagangan melalui kesepakatan bisnis. Selain itu juga sebagai sarana untuk memasarkan dan memperluas jaringan pasar produk unggulan Jawa Timur dalam upaya peningkatan kerjasama strategis di sektor industri, perdagangan, dan investasi.
Khofifah menyampaikan, misi dagang merupakan sebuah upaya untuk menemukenali keunggulan kompetitif dan komparatif dari masing-masing provinsi di seluruh Indonesia. Terlebih pasar dalam negeri merupakan pasar yang sangat besar. Sebanyak 270 juta masyarakat Indonesia dinilai sebagai pasar yang luar biasa.
"Ekspor ke luar negeri memang penting. Namun Jatim terus menguatkan perdagangan antarpulau dan provinsi se-Indonesia dengan jumlah pasar yang besar," kata dia.