Sabtu 30 Dec 2023 12:29 WIB

Polisi Diminta Usut Aktor di Balik Aksi Mahasiswa Serbu Pengungsi Rohingya di Aceh

Terbentuknya Aliansi Mahasiswa Tolak Pengungsi Rohingya disesalkan.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Andri Saubani
Anak-anak etnis Rohingya duduk di sekitar api unggun di kamp mereka dekat pantai di Pidie, provinsi Aceh, Indonesia, Jumat, 15 Desember 2023. Sejak November, lebih dari 1.500 pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Bangladesh dengan perahu telah mendarat di provinsi Aceh di utara Indonesia, tiga perempatnya adalah perempuan dan anak-anak. Dengan banyaknya warga Rohingya yang mencoba menyeberang dalam beberapa minggu terakhir, tidak ada yang tahu berapa banyak perahu yang tidak berhasil menyeberang, dan berapa banyak orang yang meninggal.
Foto: AP Photo/Reza Saifullah
Anak-anak etnis Rohingya duduk di sekitar api unggun di kamp mereka dekat pantai di Pidie, provinsi Aceh, Indonesia, Jumat, 15 Desember 2023. Sejak November, lebih dari 1.500 pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Bangladesh dengan perahu telah mendarat di provinsi Aceh di utara Indonesia, tiga perempatnya adalah perempuan dan anak-anak. Dengan banyaknya warga Rohingya yang mencoba menyeberang dalam beberapa minggu terakhir, tidak ada yang tahu berapa banyak perahu yang tidak berhasil menyeberang, dan berapa banyak orang yang meninggal.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dapil Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Hilmy Muhammad, mengaku prihatin dengan aksi ratusan mahasiswa yang menolak dan melakukan penyerbuan ke kampn pengungsi Rohingya di Banda Aceh, pada Rabu (27/12/2023) lalu. Ia menyesalkan terbentuknya aliansi Mahasiswa Tolak Pengungsi Rohingya dan mempertanyakan pihak di balik gerakan tersebut. 

"Kita sangat prihatin. Gabungan mahasiswa membentuk aliansi yang menolak para pengungsi Rohingya, siapa yang memfasilitasi mereka? Aparat keamanan perlu mengusut ini," kata Hilmy, Sabtu (30/12/2023).

Baca Juga

Pria yang akrab disapa Gus Hilmy tersebut  mengatakan, tindakan para mahasiswa tersebut menunjukkan adanya banyak celah masalah dalam kehidupan mereka sebagai kaum terpelajar. Dirinya juga sangat menyesalkan tindakan yang dilakukan oleh oknum mahasiswa tersebut.

"Bagaimana mungkin mereka berlaku kasar mengusir pengungsi Rohingnya. Tindakan ini membuka banyak celah masalah dalam kehidupan mereka. Bagaimana mungkin hal itu dilakukan oleh para pelajar yang seharusnya perilakunya mencerminkan nilai-nilai keimanan dan budaya mereka," ucapnya.

Selain itu, Gus Hilmy juga mengingatkan bahwa negara kita sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang juga merupakan dasar negara. Dirinya mengingatkan kembali nilai kemanusiaan yang terkandung dalam Pancasila.

"Mereka tidak sadar bahwa Pancasila kita menempatkan kemanusiaan sebagai sila kedua sesudah sila ketuhanan? Apa mereka tidak belajar dari bantuan internasional yang diberikan kepada rakyat Aceh, bahkan hingga hari ini, pascabencana tsunami?," ungkap Gus Hilmy.

Anggota Komite I DPD RI tersebut mengatakan negara sudah memiliki mekanisme tersendiri untuk mengatur para pengungsi, yaitu Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri. Termasuk dalam pemilihan lokasi para pengungsi merupakan bagian dari pelaksanaan dari Perpres tersebut.

"Negara tentu tidak boleh tinggal diam dengan adanya pengungsi Rohingya ini. Ada upaya-upaya yang ditempuh sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Perpres tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri. Kita harus menghormati ini agar nama baik Indonesia tidak tercoreng di mata dunia," tutur Gus Hilmy.

Di sisi lain, Gus Hilmy mengingatkan masyarakat untuk tidak terpancing dengan isu-isu negatif yang berkembang di media sosial. Dirinya mengaku prihatin terhadap isu-isu negatif yang berkembang di media sosial, utamanya yang menyudutkan para pengungsi, ungkapan-ungkapan kebencian dan diskriminasi. 

"Kita percayakan pada Pemerintah untuk menangani mereka," ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement