REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi III Bidang Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Mayjen TNI Fajar Setyawan mengatakan cuaca panas ekstrem mengancam di sebagian wilayah Lampung, Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Timur saat momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Fajar menyebut implikasi cuaca panas ekstrem ini akan dirasakan masyarakat yang melakukan perjalanan, seperti melintasi jalan tol. Di mana saat cuaca panas, lalu terkena macet, akan mengganggu kesehatan orang-orang yang sedang melakukan perjalanan panjang.
"Ini bisa kita siasati dengan modifikasi cuaca. Seperti yang pernah dan berhasil kita lakukan di DKI Jakarta," kata Fajar, saat konferensi pers Prediksi Cuaca dan Antisipasi Bencana Jelang Nataru melalui Zoom, Jumat (22/12/2023).
Fajar mencontohkan saat membuat modifikasi cuaca dengan teknologi water mist di DKI Jakarta pada akhir Oktober dan awal November 2023. Saat itu, dengan teknologi water mist, di Jakarta yang sedang panas dapat turun hujan. Walau tidak 100 persen, tapi modifikasi cuaca tersebut, menurut Fajar, dapat menurunkan suhu di DKI Jakarta.
Tapi untuk pelaksanaan modifikasi cuaca seperti yang pernah dilaksanakan di DKI harus diawali dengan permintaan gubernur yang memimpin wilayah. Gubernur atau kepala daerah terlebih dahulu harus menetapkan status daerahnya siaga darurat atau tanggap darurat bencana.
Setelah itu, BNPB dapat mengerahkan alutsista dan perlengkapan lain untuk memodifikasi cuaca dengan teknologi water mist. "Ini bisa dilaksanakan di Lampung Selatan, Banten, Jabar, DKI, Jateng, DIY, Jatim, Bali, dan NTT bila itu dibutuhkan kami akan siap buat kegiatan serupa dengan cara water mist," ucap Fajar.