Pengamat politik Universitas Brawijaya Wawan Sobari pun menilai pelaksanaan debat capres-cawapres Pemilu 2024 menjadi kunci bagi para pemilih yang saat ini masih ragu-ragu (swing voters) untuk nantinya menentukan pilihan. Sebagai informasi, berdasarkan hasil survei salah satu media massa di Indonesia, sebanyak 28,7 persen masyarakat tercatat belum menentukan pilihan pada Pilpres 2024.
"Bagaimana meyakinkan masyarakat yang masih ragu? Menurut saya, debat ini salah satunya," kata Wawan.
Menurut Wawan, debat capres-cawapres merupakan satu-satunya metode kampanye efektif bagi masyarakat yang belum menentukan pilihan untuk bisa mengetahui kualitas dari para calon pemimpin Indonesia. Dengan pelaksanaan debat capres-cawapres Pemilu 2024, yang masih menyisakan empat pertemuan tersebut, masih bisa mengubah elektabilitas masing-masing pasangan.
"Debat ini masih ada empat kali. Menurut saya, (elektabilitas) akan berubah, karena kita lihat semakin meningkat angka yang ragu, yakni mencapai 28 persen. Itu bukti bahwa publik mengalami kebimbangan," jelas Wawan.
Dalam debat pertama capres Pemilu 2024 di Jakarta, Selasa malam (12/12), Wawan menilai masih banyak gagasan yang bersifat normatif disampaikan oleh para capres. Namun demikian, dia menilai ada dua posisi yang mencolok dalam perdebatan tersebut.
"Pak Prabowo cenderung melanjutkan, tidak ada yang lain; sementara Pak Anies jelas bertolak belakang; sementara Pak Ganjar lebih berada di tengah," jelasnya.
Namun, lanjut Wawan, tiga capres dalam debat perdana tersebut memiliki satu pandangan yang sama terkait pemberantasan korupsi. Komitmen-komitmen untuk memberantas korupsi tersebut perlu didengar oleh publik.
"Menurut saya, komitmen-komitmen seperti itu yang penting, yang menentukan arah pemerintahan itu bukan sekadar visi dan misi, tetapi tentang kepemimpinan, kekuatan sebagai pemimpin, tentunya dari sisi gaya dan cara mengambil keputusan," katanya.
Pengamat politik Universitas Jember Dr. Muhammad Iqbal menyebutkan bahwa kemampuan debat tiga capres sangat mungkin bisa mengubah sikap pemilih dalam menentukan pilihannya pada Pemilu 2024.
"Itulah yang disebut efek laten oleh pakar komunikasi politik Universitas Florida Lunda Lee Kaid yaitu mampu mengaktifkan daya kritis dan partisipatif pemilih," katanya di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu.
Menurut Iqbal, kualitas dan kemampuan calon presiden dalam debat secara teori biasa dinilai dari enam aspek yang dikenalkan oleh Lynda Lee Kaid yakni verbal, visual, perilaku, kognitif, citra kandidat dan efek laten. Secara verbal, lanjut dia, capres perlu memaparkan visi misi dan programnya dengan argumentasi yang kuat dan lugas, kemudian secara visual berkaitan dengan gestur. Aspek perilaku dan citra terkait kestabilan emosi serta kepercayaan diri.
"Kognitif menyangkut daya kritis dan penguasaan substansi materi, sedangkan efek laten tentang kemampuan capres memunculkan kejutan mengenai isu maupun konteks tak terduga yang bisa mematahkan argumen lawan debat," tuturnya.
Iqbal yang juga pakar komunikasi politik itu menilai bahwa debat capres perdana sangat seru dan bermutu. Dari enam segmen kemampuan dan style verbal atau visual, Anies dan Ganjar yang argumentatif lebih dominan daripada Prabowo yang terlihat lebih emosional.
"Saya sangat yakin, besarnya pemilih bimbang atau undecided voter akan makin berkurang dan punya stok pilihan yang lebih mantap atas siapa capres pilihannya," ucap Iqbal.
Disaat Prabowo kritik Anies soal polusi udara di DKI Jakarta#polusi #polusiudara #dkijakarta #aniesbaswedan #prabowosubianto #republikaonline pic.twitter.com/vescFrg9nL
— Republika.co.id (@republikaonline) December 13, 2023