REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Dewan Pembina Relawan Pilar 08, Bahlil Lahadalia menyindir pihak-pihak yang menyamakan pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres dari Parabowo Subianto, dengan masa orde baru (Orba). Bahlil mengatakan, narasi Orba tersebut sengaja dilontarkan sebagai bentuk kepanikan dari pihak lawan pasangan Prabowo-Gibran.
"Biasanya kalau yang sudah mau kalah itu panik, dan bawaanya marah-marah saja," kata Bahlil dalam acara deklarasi dukungan Relawan Pilar 08 untuk pasangan Prabowo-Gibran di DBL Arena Surabaya, Ahad (3/12/2023).
Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu pun menyampaikan perbedaan zaman Orba dengan saat ini. Bahlil mengatakan, pada zaman Orde Baru, hanya ada tiga partai politik di negeri ini, yakni Golkar, PDI, dan PPP. Kemudian, menteri terbanyak di zaman itu berasal dari Golkar, sebagai pertai penguasa.
"Menteri yang banyak dulu itu cuma Partai Golkar. Tapi di zaman demokrasi, sejak 2014 sampai 2023 menteri terbanyak itu adalah menteri dari partai pendukung pemerintah. Di antaranya PDIP Golkar, Nasdem, PKB, dan PPP. Jadi sebenarnya siapa yang Orde Baru itu?" ujarnya.
Dalam konteks keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memuluskan langkah Gibran menjadi Cawapres meskipun belum 40 tahun, Bahlil mengingatkan, MK juga pernah merevisi Undang-Undang Pemilu pada 2004. Saat itu, MK mengubah syarat Capres-Cawapres dari yang semula harus bergelar S1 menjadi lulusan SMA.
"Gak ada yang ribut, itu semua demokrasi. Kenapa sekarang kemudian kita harus mempersoalkan tentang persoalan ini (batas usia Cawapres)" ujarnya.
Bahlil pun mengingatkan seluruh relawan pendukung Prabowo-Gibran untuk tidak terpancing ketika ada pihak-pihak yang menyerang pasangan Capres-Cawapres jagoannya. Ia meminta relawan, utamanya yang menjadi anggota Relawan Pilar 08 untuk tetap santai menanggapi serangan tersebut.
"Kalau ada yang menyinggung kita, jangan kita tanggapi. Kita happy aja, kita santai saja," ucapnya.