REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan mengatakan bakal memfokuskan visi misinya diantaranya pada isu kebutuhan pokok jika terpilih sebagai Presiden. Pasalnya, dia menyoroti bahwa pos pengeluaran untuk kebutuhan pokok paling mendominasi dan membebani finansial rumah tangga masyarakat Indonesia.
"Salah satu masalah yang paling banyak diungkapkan orang tua-orang tua di rumah tangga-rumah tangga adalah masalah mahalnya kebutuhan pokok. Di Indonesia ini, rata-rata keluarga menghabiskan 55 persen dari pendapatannya untuk pangan," kata Anies saat menyambangi masyarakat di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu (25/11/2023).
Anies membandingkan mayoritas pos pengeluaran masyarakat Indonesia dengan masyarakat di negara-negara maju yang rerata bergerak tidak sampai angka 30 persen. Bahkan seperti di Singapura dan Jepang angkanya di bawah 20 persen.
"Kenapa ini bisa terjadi? Karena tata negara kita yang belum diperbaiki. Nah, kita menggagas melakukan reformasi pertanian, sehingga harga dari produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen itu selisihnya tidak jauh," ujar dia.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyebut perlu mengubah tata niaga di Indonesia secara transparan. Dengan reformasi tata niaga, diharapkan harga bahan pokok bisa lebih murah bagi konsumen serta adanya keuntungan yang pas bagi produsen.
"Itu yang akan kita lakukan, perbaikan di sisi ini sudah sangat mendesak. Kenapa saya sebut mendesak? Karena sekarang kebutuhan pokok kita yang menyita pendapatan membuat kita tidak bisa menabung, membuat kita tidak punya kesempatan untuk mengalokasikan dana bagi kebutuhan rumah, kebutuhan pendidikan. Karena habis untuk kebutuhan pokok yang memang harus dipenuhi, itulah sebabnya menjadi mendasar sekali," jelasnya.