Sabtu 18 Nov 2023 15:58 WIB

Tidak Ada Masalah Uang Jemputan Nikah, Keluarga Minta Polisi Usut Bunuh Diri Shintia

Keluarga minta polisi mengusut bunuh diri Shintia karena sudah tidak ada masalah uang

Rep: Febrian Fachri/ Red: Bilal Ramadhan
Bunuh diri (ilustrasi). Keluarga minta polisi mengusut bunuh diri Shintia karena sudah tidak ada masalah uang
Foto: wonderslist.com
Bunuh diri (ilustrasi). Keluarga minta polisi mengusut bunuh diri Shintia karena sudah tidak ada masalah uang

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Shintia Indah Permatasari, perempuan 25 tahun menjadi sorotan usai tewas di dalam kamar penginapan di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) pada Senin (13/11/2023) lalu. Shintia ditemukan tergantung dengan mukena dekat lemari kamar penginapan.

Kisah Shintia viral di media sosial, apalagi ia rencanya akan melangsungkan pernikahan 14 Januari 2024. Calon suaminya adalah seorang anggota polisi yang merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol).

Baca Juga

Berbagai isu tentang pernikahan itu dikaitkan dengan tewasnya Shintia yang diduga bunuh diri tersebut. Salah satunya tentang uang jemputan pernikahan untuk calon suami yang mencapai Rp 500 juta. 

Namun informasi itu dibantah secara tegas oleh keluarga Shintia. Menurut saudara Shintia, Rizki, persoalan uang jemputan pernikahan itu tidak benar, karena sudah diselesaikan. Hal ini, kata Rizki, dibuktikan dengan telah dilangsungkannya sidang BP4R (Badan Pembantu Penasehat Perkawinan Perceraian dan Rujuk) di Ternate, Maluku Utara, tempat calon suami Shintia berdinas.

“Masalah di keluarga tidak ada. Uang jemput pernikahan sudah selesai. Tahapan itu sudah lewat,” kata Rizki, Sabtu (18/11/2023). 

Rizki menyebut keluarga sangat mempertanyakan dan ingin tahu dorongan Shintia melakukan bunuh diri. Sebab proses pernikahan Shintia dengan calon suaminya sudah mencapai 85 persen. 

“Kami berharap ke polisi menyelidiki. Jika benar gantung diri, apa motifnya. Pasti wajar kami sebagai anggota keluarga (bertanya) supaya, pasti ada dorongan adik kami bisa (bunuh diri) seperti itu,” kata dia. 

Rizki mengaku keluarga sampai saat ini belum bisa menyimpulkan penyebab Shintia melakukan bunuh diri. Hasil visum pun juga belum bisa dilihat. 

“Walaupun kami tidak melakukan autopsi. Tapi tentu motif penyidik yang tahu alasan kenapanya (bunuh diri). Alasannya (harus) bisa diterima akal sehat,” imbuhnya. “Mudah-mudahan benar itu adalah murni bunuh diri. Kalaupun ada tekanan ucapan verbal, siapa orangnya? Kan bisa saja terjadi,” kata Rizki menambahkan. 

Rizki juga mempertanyakan handphone milik Shintia yang disita polisi saat ini. Rizki masih beranggapan kemungkinan polisi melakukan penyitaan terhadap handphone milik Shintia untuk kepentingan penyelidikan. Ia menduga terdapat petunjuk di handphone terkait tewasnya Shintia.

“Kalau memang (disita) untuk pedalaman (kasus), alhamdulillah. Berarti barang bukti (kasus ini) ada di situ (handphone),” kata Rizki menambahkan. 

Selain handphone, lanjut Rizki, keluarga juga belum mengetahui barang-barang apa saja yang disita pihak kepolisian. Karena keluarga sampai saat ini tidak meneriman surat berita acara penyitaan. 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement