Hasto juga mengingatkan permasalahan gangguan mental dan emosional di Indonesia saat ini tengah mengintai masa depan generasi bangsa. Di samping stunting, itu juga menjadi tantangan bagi Indonesia.
"Saat ini dari 100 orang remaja, ada 9,8 persen remaja yang error, lalu tujuh dari 1.000 orang dinyatakan memiliki gangguan jiwa. Kemudian, yang terjebak kasus narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) ada 5,1 persen," paparnya.
Hal itu, lanjut Hasto, sangat berdampak pada angka perceraian tinggi. Berdasarkan data, ada 581 ribu keluarga yang bercerai pada tahun 2021.
Selain itu, para remaja juga rentan terjebak dalam hubungan yang tidak sehat (toxic relationship). Karena itu, menurut Hasto, penting mendidik anak dalam keluarga dengan asah, asih, dan asuh.
"Asah, yakni diajari ilmu agama yang baik, asih yaitu dikasihi dengan sebaik-baiknya, dan asuh dengan diimunisasi, kemudian diberikan perlindungan yang baik," kata Hasto.
Menurut Hasto, dengan pengasuhan yang baik dan peningkatan kualitas layanan pendidikan, maka angka kehamilan bisa diturunkan untuk menghasilkan generasi yang berkualitas secara fisik maupun mental, juga tidak terlahir stunting.