REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum genap 10 tahun berjalan, sudah lebih dari 95 persen penduduk Indonesia menjadi peserta Program JKN melalui BPJS Kesehatan. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara tercepat dalam berprogres menuju Universal Health Coverage (UHC). Sebab itu, tak sedikit negara yang tertarik mempelajari bagaimana BPJS Kesehatan beroperasi.
Puluhan delegasi Joint Learning Network (JLN) dari berbagai negara yang ikut Asian eHealth Information Network (AeHIN) General Meeting 2023 beramai-ramai mengunjungi Kantor Pusat BPJS Kesehatan untuk studi banding mengenai pengelolaan Program JKN sebagai jaminan kesehatan terbesar di dunia dengan skema kontribusi dan penyelenggara tunggal.
Indonesia memang tengah menjadi tuan rumah acara AeHIN General Meeting 2023 yang diselenggarakan oleh AeHIN bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dan Kementerian Kesehatan. Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menjelaskan, pihaknya punya aset data yang dapat dimanfaatkan salah satunya untuk penelitian.
Selain untuk keperluan penelitian, data yang BPJS Kesehatan miliki juga dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan yang kredibel berbasis bukti. Di mana, hal itu turut dapat mendukung optimalisasi penyelenggaraan Program JKN.
Untuk memudahkan proses pengolahan data oleh peneliti, akademisi, praktisi, dan pihak-pihak terkait lainnya, BPJS Kesehatan juga telah menyediakan data sampel yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat merepresentasikan data yang ada di BPJS Kesehatan. Sebab itu, dia memastikan pihaknya melindungi data-data itu dengan keamanan yang sebaik-baiknya.
“Data dan informasi Program JKN ini ibarat tambang emas. Setiap hari, ada 112 juta per hari transaksi data yang berlangsung di dalam ekosistem Program JKN, atau 1.296 transaksi data per detik. Terdapat 397,8 miliar row data, yang meliputi data kepesertaan, pelayanan kesehatan, dan iuran," jelas Ghufron di Kantor BPJS Kesehatan, Jakarta, Rabu (8/11/2023).
Ghufron juga menjelaskan, BPJS Kesehatan telah mengembangkan beragam inovasi digital untuk mendukung pelayanan kesehatan kepada peserta. Mulai dari antrean online untuk memangkas waktu tunggu di fasilitas kesehatan, layanan Skrining Riwayat Kesehatan untuk mendeteksi dini risiko penyakit kronis, konsultasi online dengan dokter, dan yang terbaru bernama i-Care JKN.
Dia menerangkan, peserta JKN dapat dengan mudah melihat riwayat pelayanan yang telah diberikan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). Informasi itu mencakup detail diagnosa, tindakan medis, fasilitas kesehatan pemberi layanan, dan tanggal pelayanan selama setahun terakhir.
"Melalui i-Care JKN, dokter juga dapat merencanakan perawatan yang sesuai berdasarkan data yang lebih real time, aktual, dan faktual. Ini akan meningkatkan efisiensi dalam pelayanan kesehatan,” kata Ghufron.
Tidak hanya itu, BPJS Kesehatan juga telah menciptakan dashboard JKN bagi pemerintah daerah yang dapat dimanfaatkan untuk mengakses data sesuai dengan wilayah kerjanya masing-masing, termasuk melihat profil peserta JKN, capaian UHC, fasilitas kesehatan yang bekerja sama, jumlah kunjungan dan pemanfaatan layanan kesehatan, data penyakit katastropik, dan sebagainya.