Selasa 07 Nov 2023 18:16 WIB

Kemenkes Temukan 34 Kasus, Menkes: Cacar Monyet Menyebar dari Jakarta ke Banten dan Jabar

Data Kemenkes melaporkan sebanyak 28 penderita memiliki orientasi seks LSL.

Petugas kesehatan menyosialisasikan penyakit cacar monyet kepada masyarakat di Puskesmas Kedaung, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (1/11/2023). Kemenkes menyatakan terdapat 27 kasus penderita cacar monyet per Oktober 2023, dan mengimbau masyarakat untuk menjaga perilaku hidup bersih serta menghindari kontak langsung dengan orang atau hewan yang terinfeksi guna mencegah meluasnya penularan penyakit tersebut di Indonesia.
Foto: Antara/Sulthony Hasanuddin
Petugas kesehatan menyosialisasikan penyakit cacar monyet kepada masyarakat di Puskesmas Kedaung, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (1/11/2023). Kemenkes menyatakan terdapat 27 kasus penderita cacar monyet per Oktober 2023, dan mengimbau masyarakat untuk menjaga perilaku hidup bersih serta menghindari kontak langsung dengan orang atau hewan yang terinfeksi guna mencegah meluasnya penularan penyakit tersebut di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah menemukan sebanyak 34 kasus positif cacar monyet atau Mpox sejak 13 Oktober 2023. Cacar monyet disebut telah menyebar dari Jakarta ke Banten dan Jawa Barat (Jabar).

"Per kemarin ada 34 kasus, sudah menyebar dari Jakarta ke Banten dan Jawa Barat," kata Menkes RI Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR RI yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (7/11/2023).

Baca Juga

Secara umum, Menkes Budi mengatakan Mpox hanya terjadi pada segmentasi khusus lelaki suka lelaki (LSL). Data yang dihimpun Kemenkes melaporkan sebanyak 28 penderita memiliki orientasi seksual LSL, dua orang biseksual, dan tiga lainnya heteroseksual.

Ditemukan pula 28 penderita yang merupakan pengidap HIV. Adapun seluruh kasus terjadi pada laki-laki dengan rentang usia 18-49 tahun, dengan gejala umum lesi pada kulit (31 kasus), demam (27 kasus), ruam (20 kasus), dan pembengkakan kelenjar getah bening atau limfadenopati (20 kasus).

Selain itu, terdapat pula 15 orang yang menjadi suspek, 87 orang yang telah diperiksa dan negatif (discarded), dan enam orang yang telah sembuh. "Penyebaran meningkat, ini terjadi penularan lokal," katanya.

 

Menkes menyebutkan penanganan Mpox tidak dilakukan secara terang-terangan. Melainkan dilakukan melalui kerja sama dengan komunitas pemerhati kelompok LSL guna mengurangi stigma yang dapat mempersulit upaya intervensi pencegahan penyakit tersebut.

Selain itu, Kemenkes juga berupaya melakukan pengadaan 4.500 dosis vaksin, serta 1.008 botol antivirus tecovirimat, sebagai upaya pengobatan penderita Mpox yang diprakirakan akan tersedia pada minggu keempat November ini.

"Jadi, kita akan kasih vaksin tidak ke semua orang, tetapi ke kelompok dengan faktor risiko khusus, obatnya juga sudah ada, antivirusnya juga sudah ada, dan sudah kita datangkan," kata Budi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement