Selasa 07 Nov 2023 16:13 WIB

Genap Sebulan Perang Berlangsung, Netanyahu Akui Hamas Musuh yang Sangat Tangguh

Netanyahu mengakui Hamas musuh yang tangguh dan tidak akan memberi pengampunan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto:

Raja Yordania Abdullah II pada Senin (6/11/2023) memperingatkan Israel untuk tidak memperluas perangnya di Gaza. Dilaporkan Anadolu, Raja Abdullah menyampaikan komentarnya itu di ibu kota Belgia, Brussels, selama pertemuannya dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.

Raja Abdullah mengatakan bahwa semua orang menanggung akibatnya karena tidak ada solusi politik terhadap konflik Palestina-Israel. Dia juga menyerukan upaya untuk segera melakukan gencatan senjata di Gaza dan melindungi warga sipil.

Sang raja juga menyoroti isu penyerangan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki. Ia memperingatkan bahwa tindakan semacam itu dapat memicu situasi di sana.

Berbicara terpisah, Perdana Menteri Bisher al Khasawneh mengatakan Yordania akan membuka "semua opsi" dalam menanggapi apa yang disebut sebagai kegagalan Israel membedakan antara target militer dan sipil dalam pengeboman dan invasi yang semakin intensif ke Jalur Gaza. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut langkah apa yang akan diambil Yordania.

Hal ini disampaikan beberapa hari setelah Yordania memanggil pulang duta besarnya dari Israel sebagai bentuk protes atas serangan Israel ke Gaza. Pekan lalu Yordania juga mengumumkan duta besar Israel, yang meninggalkan Amman tidak lama setelah serangan Hamas, tidak akan diizinkan untuk kembali. Secara efektif iadita besar Israel itu dinyatakan sebagai persona non grata (orang yang tak diinginkan).

"Semua pilihan ada di atas meja untuk Yordania dalam menghadapi agresi Israel ke Gaza dan dampaknya," kata Khasawneh kepada media pemerintah, Senin (6/11/2023).

Yordania menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1994. Khasawneh mengatakan pengepungan Israel pada Gaza yang padat penduduk bukanlah pembelaan diri seperti yang selama ini mereka klaim. 

"Serangan brutal Israel tidak membedakan antara target sipil dan militer dan meluas ke daerah-daerah yang aman dan ke ambulans," katanya.

Ratu Yordania, Rania pada Ahad (5/11/2023) juga ikut mendesak seruan kolektif untuk gencatan senjata di Gaza. Menurutnya, mereka yang menentang gencatan senjata sama artinya dengan mendukung dan membenarkan kematian ribuan warga sipil.

Dalam wawancara mendalam dengan Becky Anderson dari CNN, Ratu Rania menanggapi penolakan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken terhadap gencatan senjata saat berada di Amman. Setelah bertemu dengan para pemimpin Arab pada hari Sabtu pekan lalu, Blinken mengatakan gencatan senjata di Gaza hanya akan memungkinkan lebih banyak serangan Hamas.

“Harus ada seruan kolektif untuk gencatan senjata dan saya tahu beberapa orang yang menentang gencatan senjata berpendapat bahwa itu akan membantu Hamas. Namun, dalam argumen itu mereka secara inheren menolak kematian, dan pada kenyataannya mendukung dan membenarkan kematian ribuan warga sipil. Itu hanya tercela secara moral, picik dan tidak sepenuhnya rasional,” kata Ratu Rania dilansir dari Arab News, Senin (6/11/2023).

“Jika (Israel) berhasil melenyapkan semua Hamas, akar penyebab konflik ini adalah pendudukan ilegalnya, pelanggaran hak asasi manusia rutin, permukiman ilegal, mengabaikan resolusi PBB dan hukum internasional. Jika kami tidak mengatasi akar penyebabnya, Anda dapat membunuh kombatan tetapi Anda tidak dapat membunuh penyebabnya,” tambah Ratu Rania.

 

photo
Karikatur Opini Republika : Amerika Bela Israel - (Daan Yahya/Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement