REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perkembangan teknologi telah mendorong berbagai negara dan organisasi melakukan proses transformasi digital. Keadaan tersebut merujuk pada bagaimana teknologi digital dapat mempermudah dan meningkatkan kualitas dari sebuah proses bisnis.
Pemerintah Indonesia secara sadar mendorong percepatan transformasi digital, mulai dari sektor industri, pendidikan, hingga pemerintahan. Meski ada tantangan dalam proses tersebut, Indonesia juga memiliki banyak potensi dan peluang guna memastikan teknologi digital betul-betul berguna bagi hajat hidup orang banyak.
Hal ini mengemuka dalam Seminar “Tantangan dan Potensi Akselarasi Transformasi Digital di Indonesia”, pada Selasa (24/10/2023). Seminar ini merupakan kerja sama antara lembaga riset Laboratorium Indonesia 2045 (LAB 45) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sriwijaya.
Seminar membahas tantangan dan peluang Indonesia dalam proses transformasi digital, serta langkah Indonesia mendorong akselarasi transformasi digital berjalan dengan baik.
Seminar dibuka Dekan FISIP UNSRI, Alfitri. Sedang pembicara terdiri Analis Utama Politik Keamanan LAB 45, Christian Guntur Lebang; Deputi Bidang Keamanan Siber, Sulistyo; Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP UNSR, Azhar.
Christian Guntur Lebang, mengatakan menjelaskan mengenai riset yang dilakukan oleh LAB 45 terkait transformasi digital dan temuannya bahwa permasalahan infrastruktur digital dan akses internet masih menjadi permasalahan utama dalam proses transformasi digital di Indonesia.
Hal ini, kata dia, ditemukan dalam sejumlah indeks internasional yang mengukur proses transformasi digital di berbagai negara. Posisi Indonesia cenderung berada di tengah-tengah, meskipun terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Permasalahan lain yang dihadapi Indonesia adalah isu sumber daya manusia, termasuk isu talenta digital yang dibutuhkan bagi sektor ekonomi digital hingga birokrasi, serta terkait tingkat literasi digital pada masyarakat umum.
Sementara Sulistyo, menekankan transformasi digital di Indonesia memiliki tantangan keamanan siber yang belum optimal. Hal ini, akibat buramnya batasan ruang siber yang bisa dimanfaatkan oleh aktor-aktor ancaman.
Salah satu ancaman yang nyata di Indonesia adalah terkait perlindungan data pribadi serta maraknya kebocoran data, terutama di tengah perkembangan teknologi yang terus menerus membutuhkan data yang seringkali tanpa pengawasan yang layak dari otoritas yang berkuasa.
Untuk itu, kata dia, dibutuhkan tiga hal utama untuk memastikan transformasi digital berjalan dengan aman, yaitu memandang keamanan siber sebagai enabler, membangun budaya keamanan siber hingga pentingnya kemampuan deteksi ancaman dan respons yang mumpuni.