REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) mendesak agar gerbang penyeberangan Rafah yang terletak di perbatasan Mesir-Israel segera dibuka agar bantuan kemanusiaan dapat disalurkan ke Jalur Gaza. Hal itu menjadi pesan utama ratusan anggota KAMMI ketika menggelar unjuk rasa pro-Palestina di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (17/10/2023).
"Saat ini yang paling mendesak adalah segera dibukanya pintu Rafah sebagai jalur masuk bantuan kemanusiaan untuk para korban di Gaza. Semua pihak harus mengutamakan prinsip HAM dan kemanusiaan bagi rakyat Palestina. Ada jutaan rakyat Palestina yang terancam akibat blokade dan mereka sangat bergantung terhadap bantuan kemanusiaan ini," kata Ketua Umum PP KAMMI Zaky Ahmad Riva'I dalam keterangan tertulisnya.
KAMMI menekankan, pertempuran yang berlangsung saat ini adalah bentuk upaya perlawanan Palestina terhadap Israel. “Sikap kami jelas mendukung kemerdekaan Palestina. Adapun yang dilakukan Palestina saat ini adalah upaya perlawanan mereka terhadap penjajahan yang dilakukan oleh Zionis Israel,” ujar Ketua Bidang Kebijakan Publik PP KAMMI Ammar Multazim.
Multazim menyerukan para pemimpin dunia, termasuk PBB, mendesak Israel segera mengakhiri aneksasi dan penjajahannya terhadap Palestina. Terkait penyaluran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, hal itu memang belum dapat dilakukan. Menurut Mesir, Israel masih tak bersikap kooperatif dalam urusan tersebut.
Pemerintah Mesir mengungkapkan, jalur penyeberangan Rafah, yang menjadi pintu lalu lintas masuk utama ke dan keluar Jalur Gaza, tidak ditutup secara resmi. Tapi truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan tak dapat melintas akibat terus berlanjutnya serangan udara Israel di sisi Gaza. “Ada kebutuhan mendesak untuk meringankan penderitaan warga sipil Palestina di Gaza,” kata Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry kepada wartawan, Senin (16/10/2023), seraya menambahkan bahwa pembicaraan dengan Israel tidak membuahkan hasil.
“Sampai saat ini Pemerintah Israel belum mengambil sikap untuk membuka penyeberangan Rafah dari sisi Gaza untuk memungkinkan masuknya bantuan dan keluarnya warga negara ketiga,” tambah Shoukry.
Shoukry mengatakan, Mesir menginginkan agar jalur penyeberangan Rafah dapat berfungsi seperti biasanya. Termasuk bagi warga Palestina yang mencari perawatan medis atau perjalanan normal. Sebelumnya dua sumber keamanan Mesir mengatakan kepada Reuters bahwa gencatan senjata di Gaza selatan yang berlangsung beberapa jam telah disepakati pada Senin pagi. Hal itu guna memfasilitasi proses pengiriman bantuan dan evakuasi di Rafah.
Namun Israel kemudian membantah adanya kesepakatan semacam itu. “Saat ini tidak ada gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan di Gaza sebagai imbalan atas keluarnya orang asing,” kata sebuah pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.