Deputi II Kepala Staf Kepresidenan, Abetnego Tarigan menegaskan pentingnya kewaspadaan serta peningkatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan menjelang 2024. Terlebih, dengan adanya fenomena El Nino yang berdampak pada perubahan suhu dan pola hujan.
“Fenomena El Nino akan terjadi hingga tahun 2024, mayoritas Kepala Daerah saat ini berstatus sebagai Penjabat (Pj), sehingga kita dorong untuk berani ambil keputusan dalam upaya penanganan karhutla,” kata Abetnego dalam Diskusi Kelompok Terpumpun mengenai Upaya Pencegahan dan Penanganan Kebakaran dan Lahan, dikutip dari siaran pers KSP pada Rabu (4/10/2023).
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, rekapitulasi total luas kebakaran hutan di Indonesia untuk periode Januari-Juli 2023 mencapai 90.450 hektare (ha). Di mana 99 persen penyebabnya adalah ulah manusia, serta 1 persennya merupakan fenomena alam. Termasuk adanya fenomena El Nino yang diperkirakan akan mengakibatkan kemarau yang sangat panjang dan potensial memantik terjadinya karhutla.
Abetnego menyebut bahwa masing-masing kepala daerah bertanggung jawab untuk memberi izin pembukaan hutan dan lahan, terutama bagi korporasi. Hal tersebut rentan dalam meningkatkan deforestasi yang terjadi di Indonesia.
“Pemda harus bersiap, masyarakat juga perlu diedukasi untuk melakukan pencegahan dan antisipasi dalam pembukaan lahan melalui pembakaran” ujar Abetnego.
Lebih lanjut, Abetnego juga menyampaikan kewaspadaan dalam isu peningkatan ISPA akibat bencana asap dan polusi udara, karena turut berkontribusi dalam 60 persen penyebab kematian di 2019.
"Mitigasi dan pengawasan itu yang paling penting,” kata Abetnego.
Sebelumnya, Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor, Herry Purnomo menyebut, angka kebakaran meningkat menjelang Pilkada dan Pilpres selama 25 tahun terakhir. “Pemerintah harus meningkatkan kewaspadaannya di tahun politik 2024 ini,” ujarnya.