REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut terus mendorong program Halaman Rumah Masyarakat Terpadu (Harum Madu) ke seluruh desa yang ada di daerah itu. Saat ini, program Harum Madu telah dilaksanakan di 80 persen desa yang ada di Kabupaten Garut.
Tujuan program itu untuk memastikan ketersediaan pangan secara mandiri di tingkat keluarga. Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Garut, Beni Yoga, mengatakan program Harum Madu merupakan solusi bagi daerahnya.
Dengan program itu, diharapkan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga dari halaman rumahnya sendiri. Selain itu, program Harum Madu juga disebut dapat menjadi potensi peningkatan ekonomi lokal di tingkat desa.
"Lalu ini juga untuk menangani inflasi daerah. Kemarin terbukti, setidaknya pada saat harga cabai di atas rata-rata, mereka untuk pemenuhan kebutuhan itu bisa ngambil dari lahan pekarangan," kata Beni di Kabupaten Garut, Jawa Barat dikutip Sabtu (30/9/2023).
Beni menjelaskan, saat ini sudah banyak desa yang mulai bergerak menuju fungsi ekonomi dari pemanfaatan program Harum Madu. Artinya, selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, di desa tersebut juga sudah mulai tumbuh ekonomi lokal.
Maksudnya, dalam skala kecil desa tersebut bermitra dengan pasar untuk memenuhi kebutuhan pasar. Selain itu, melalui program Harum Madu dinilai menjadi salah satu solusi pemenuhan kebutuhan pangan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan di Kabupaten Garut.
"Nah malah sekarang di beberapa titik wilayah Malangbong, di tengah susah air, di tengah kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku, mereka memanfaatkan hasil dari tanaman halaman pekarangan mereka. jadi setidaknya untuk pemenuhan kebutuhan sayuran daun, umbi (terpenuhi)," ujar Beni.
Menurut Beni, Pemkab Garut juga mendapatkan apresiasi dari pemerintah pusat terkait program Harum Madu. Menurut dia, karena program Harum Madu, Kabupaten Garut mendapatkan apresiasi melalui insentif fiskal dari pemerintah pusat pada Juli 2023 senilai Rp 10.634.802.000.
Karena itu, pihaknya akan terus mendorong agar program Harum Madu dapat lebih meluas. Saat ini, Distan Kabupaten Garut telah menerapkan program Harus Madu sebagai salah satu target sasaran kinerja pegawai (SKP) bagi 286 petugas lapangan.
"Karena kita kan punya penyuluh itu hampir 268 orang di masing-masing kecamatan, mereka punya desa binaan, targetnya salah satunya itu. Jadi kalau itu tercapai target berarti SKP-nya tidak sesuai dengan target, artinya TKD (tunjangan kinerja daerah) yang mereka terima juga akan terkurangi begitu," ujar Beni.
Program Harum Madu baru dicanangkan oleh Pemkab Garut pada Februari 2023. Kini program itu telah diterapkan di 382 desa yang tersebar di 42 kecamatan di Kabupaten Garut. Adapun komoditas yang dianjurkan ditaman di halaman rumah adalah cabai, sayuran, dan umbi-umbian.
Salah satu kawasan yang menonjol dalam menerapkan Harum Madu adalah RW 11 Kampung Caringin, Desa Mekarmukti, Kecamatan Cilawu. Ketua Kelompok Wanita Tani Mekar Rahayu, Sumarni (62 tahun), mengungkapkan hasil panen komoditas seperti terong ungu, cabai, bawang merah, dan tomat, dari program Harum Madu tidak yang hanya mencukupi kebutuhan keluarganya.
Lebih dari itu, sambung dia, hasil panen tersebut juga menjadi sumber pendapatan tambahan. "Yang paling besar (hasilnya) bawang merah. Kalau ada yang beli (dijual), kalau engga ya dikonsumsi aja," ujar Sumarni.
Eni (50) juga telah mengadopsi program Harum Madu dengan sukses. Dia mampu menjual daun bawang dengan harga yang menguntungkan. Selain itu, hasil panen tomatnya juga mencapai sembilan kilogram, memberikan dampak ekonomi positif.
Eni mengungkapkan, program Harum Madu telah membantu kebutuhan pangan dan kebutuhan ekonomi keluarganya. Bahkan, beberapa warga sekitar pun mengakui, kebutuhan beberapa pangan seperti cabai, sayur mayur, dan lain sebagainya, kini tersedia di pekarangan atau di halaman rumah.
"Mau sayuran tinggal petik sendiri, mau cabe rawit petik sendiri. Alhamdulillah ini segala macam ada," kata Eni.
Kampung Caringin sudah terbiasa...