REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG--Analis politik yang juga Direktur Pascasarjana pada Universitas Muhammadiyah Kupang Ahmad Atang, menilai wacana dua poros dalam Pilpres 2024 mendatang akan sulit terlaksana. "Secara normatif politis, wacana ini sah-sah saja karena dalam politik selalu berlaku teori kemungkinan tetapi sepertinya sulit terlaksana," kata Ahmad Atang di Kupang, Jumat (22/9/2023).
Muncul wacana Ganjar Pranowo akan mengalah menjadi wakilnya Prabowo Subianto sehingga secara otomatis hanya ada dua poros yang akan bertarung, yakni poros koalisi perubahan dan poros koalisi Indonesia Maju.
Menurut pengajar ilmu politik pada UMK itu, ada beberapa hal yang dapat menyebabkan wacana dua poros ini sulit terlaksana. Pertama adalah masuknya PDIP dalam KIM akan mempersulit posisi Prabowo dengan mitra koalisinya dalam menentukan cawapres, jika PDIP datang dengan figur Ganjar Pranowo.
Kedua, figur cawapres yang selama ini digodok oleh KIM menjadi tergusur dengan masuknya Ganjar Pranowo. Sehingga akan mengganggu soliditas KIM yang selama ini terbangun tanpa PDIP.
Ketiga, masuknya PDIP akan membuat partai dalam KIM merasa tidak nyaman karena watak mengatur-ngatur yang ditunjukkan PDI Perjuangan selama ini bisa terjadi di Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Keempat, KIM sudah pada tahap finalisasi konsolidasi tim dan terus bergerak maju sehingga akan mengalami stagnasi jika masuknya PDIP justru mengubah desain yang sedang berjalan. Kenyataan ini memberikan indikasi jika hingga sekarang Gerindra dan mitra koalisi tidak memberikan respon yang serupa.
"KIM sepertinya merasa memiliki kekuatan dengan masuknya Demokrat. Bergabungnya Demokrat dalam KIM tanpa syarat apapun dan mestinya semangat ini juga harus dimiliki oleh PDIP. Terlepas dari itu, komunikasi politik terus dibangun dan semoga ada kejutan ke depannya," kata Ahmad Atang menambahkan.