REPUBLIKA.CO.ID, LAMONGAN -- Maggot adalah nama lain larva lalat prajurit hitam (Black Soldier Fly/BSF). Magot menjadi booming empat hingga lima tahun terakhir karena menjadi solusi dari masalah sampah.
Selain itu, kandungan protein dan asam amino yang tinggi pada maggot bisa menjadi makanan premium untuk berbagai jenis unggas, ikan, hingga hewan peliharaan seperti burung, kucing, anjing, dan ayam. Pemerintah sendiri menaruh perhatian tinggi terkait maggot. Seperti dilansir dari Antara, Ahad (10/9/2023), Kementerian Pertanian menyebutkan peluang ekspor maggot ke pasar Eropa masih terbuka lebar lantaran volumenya yang masih sedikit dan negara di benua tersebut tidak memberlakukan protokol khusus.
Disebutkan hingga kini Indonesia tidak punya protokol apa pun dengan pihak Eropa untuk produk maggot.
Berangkat dari itu, Generasi Alumni Muda UB-ITS-UNAIR Bersama Ganjar atau Ganjar Creasi (G-Creasi) kembali melanjutkan kegiatan bermanfaatnya untuk masyarakat Jawa Timur (Jatim). Para relawan Ganjar Pranowo ini mengadakan pelatihan pembudidayaan maggot di Desa Mendogo, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan, Jatim. Pelatihan yang diikuti puluhan petani dan peternak itu bertujuan untuk mengedukasi para peserta akan tingginya potensi maggot dalam dunia pertanian dan peternakan.
Koordinator Wilayah G-Creasi Jatim, Ilham Hasan menyebut, maggot bisa dijadikan pakan ternak serta kotorannya bisa dijadikan pupuk untuk tanaman.
"Jadi ketika kita memelihara maggot, siklusnya itu bisa berguna untuk apa pun. Mudah memelihara, hasilnya pun bisa untuk pakan (ternak), pupuk, dan lain sebagainya," kata Ilham.
Meski bentuknya yang menggelikan, budi daya maggot dijelaskan Ilham, memiliki banyak keuntungan. Bukan sekadar teknik pemeliharaan yang mudah, tapi juga memiliki potensi ekonomis.
"Kenapa kami memilih budidaya maggot, karena maggot itu budi dayanya cukup mudah. Dengan bahan-bahan yang tersedia di lapangan, itu bisa kita budidaya maggot. Bahannya itu bisa dari kotoran hewan, dan kotoran dari maggot itu bisa dijadikan pupuk," jelas Ilham.
Para peserta pun juga tampak antusias dan bersemangat mengikuti jalannya pelatihan. Ilham menyebut, hal itu terjadi karena budi daya maggot masih terbilang asing di antara mereka.
Lewat kegiatan ini, relawan beranggotakan para alumni mahasiswa tersebut berharap para petani dan peternak yang mengikuti pelatihan bisa mempraktikkan ilmu yang telah mereka dapat.
"Karena dengan modal yang cukup minim, masyarakat bisa memaksimalkan hasilnya," sebutnya.
Selain itu, Ilham melanjutkan, maggot juga merupakan pengurai sampah organik yang cukup baik. Sehingga bisa membantu mengurangi jumlah sampah yang ada saat ini.
"Kemudian untuk mengatasi permasalahan lingkungan juga, dari pada itu kotoran terbuang sia-sia, mending dijadikan bahan untuk budi daya maggot," katanya.
Untuk diketahui, Ganjar Pranowo yang juga dikenal peduli pada isu lingkungan dan ketahanan pangan, rupanya menjadi inspirasi dari relawan G-Creasi untuk menggelar kegiatan kali ini.
"Beliau sangat concern dengan terhadap masalah pangan juga. Di sini kan hubungannya juga dengan pangan, ketika harga pakan (ternak) murah, harga pangan juga murah juga."