Dari warga untuk warga
Hasil penjualan sekali panen sekitar Rp 3 juta dan digunakan untuk operasional kebun seperti membeli benih, nutrisi dan lainnya. Sebagian dari sayuran dimanfaatkan oleh Posyandu untuk menambah gizi anggota. Kadarisman menjelaskan keberadaan urban farming atau kebun hidroponik ini makin menambah keakraban dan kerja sama di antara warga RW 12 dan juga dengan warga RW lain di sekitarnya.
Ketua Pagertani Slamet Riyanto mengaku senang dengan kunjungan pejabat eselon negara Laos. Dia menjelaskan green house mampu memuat 1.350 lubang tanam hidroponik untuk tanaman sayuran daun. Sementara untuk sayuran buah seperti terong dan cabai ditanam dengan sistem dutch bucked. Puluhan tanaman anggur sudah berbuah, sedangkan tanaman obat dan belasan pot berisi pohon mangga, jambu, alpokat, ceri, buah tin dan lainnya.
Di dalam kolam, dipelihara ikan nila merah, hitam dan lele. “Bapak-bapak yang menjadi anggota Pagertani bertugas menanam dan merawat hidroponik, dan anggur. Sementara ibu-ibu yang mengurus penjualan dan membuat produk turunan, seperti jus pakcoy,” kata Slamet, yang menjadi pelatih hidroponik.
Slamet berharap apa yang dikerjakan di Pagertani bermanfaat bagi delegasi Laos, warga Depok dan makin memotivasi anggota Pagertani untuk meningkatkan produksi. Kunjungan delegasi Laos ini diterima juga oleh Kepala Badan Bappeda Kota Depok Dadang Wihana, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Depok Widyati Riyandani, Camat Pancoran Mas dan Lurah Rangkapan Jaya.