REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu bukti keberadaan peserta yang patuh dan tertib membayar iuran Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah Ibu Istianah (56). Pada usianya yang sudah tidak muda lagi ia mencerminkan peserta yang tertib terhadap pembayaran iuran JKN.
Saat ini ia terdaftar pada Program JKN pada segmen pekerja bukan penerima upah (PBPU) atau yang lebih sering disebut peserta mandiri. Saat ini ia dan keluarganya terdaftar pada segmen PBPU kelas tiga setelah sebelumnya pernah terdaftar di PBPU kelas satu.
“Saat ini saya terdaftar pada segmen kepesertaan mandiri kelas tiga, sebenarnya sebelumnya kami sempat terdaftar di kelas satu. Namun, kondisi ekonomi kami tidak stabil seperti sebelumnya semenjak suami meninggal dunia," ujar Istianah.
"Jujur ekonomi kami tidak seperti sebelumnya, tapi hal itu tidak menjadi penghalang saya melindungi diri sendiri dan anak saya khususnya untuk bidang kesehatan. Jadi kami tetap terdaftar di Program JKN walau kami sempat turun kelas dulu. Sebelumnya kami terdaftar aktif pada segmen PBPU kelas satu namun mulai terasa berat semenjak ekonomi kami tidak stabil, jadi kami putuskan untuk menurunkan kelasnya agar lebih terjangkau dengan kondisi ekonomi kami,” kata dia melanjutkan.
Pilihan Istianah untuk tetap terdaftar di program JKN menurutnya adalah pilihan yang tepat. Ia merasakan sendiri bagaimana program ini bermanfaat bagi diri dan juga anaknya.
Bahkan Istianah merasa pengelola program JKN, yaitu BPJS Kesehatan, telah memberikan banyak pilihan yang memudahkan masyarakat. Pilihan tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi ekonomi masing-masing masyarakat. Makanya ada pilihan kelas yang berbeda pada segmen PBPU atau yang biasa disebut segmen mandiri, yaitu kelas satu, dua dan tiga.
Selain itu sepengetahuan Istianah ada pula segmen penerima bantuan iuran (PBI). Peserta iurannya ditanggung oleh pemerintah alias gratis dan tidak perlu membayar lagi. Tentunya segmen tersebut diperuntukkan untuk masyarakat yang tidak mampu.
"Jadi sebenarnya sudah diberi pilihan oleh BPJS Kesehatan melalui program JKN untuk semua masyarakat untuk mendaftar kepesertaan di Program JKN sesuai kemampuannya masing-masing. Ini tujuannya tentu baik, agar seluruh masyarakat terjamin kesehatannya oleh negara secara optimal,” kata Istianah.
Istianah bercerita pengalaman yang dialami almarhum suaminya ketika meninggal akibat penyakit gula yang sudah diidapnya cukup lama. Kejadian itu cukup membuat ia dan sang anak semakin perhatian untuk menjaga kesehatan lebih ekstra lagi.
Ia begitu ingat bagaimana sang suami berjuang untuk sembuh dan bisa kembali sehat lagi namun takdir berkata lain hingga akhirnya sang suami meninggal dunia. Istianah juga menyatakan selama proses penyembuhan sang suami ditemani oleh Program JKN. Artinya Program JKN lah yang membantu mereka pada saat saat sulit tersebut.
“Tidak terbayangkan jika tidak ada Program JKN, karena untuk seorang yang mengidap penyakit gula seperti almarhum suami saya tentunya membutuhkan pengobatan yang rutin dan tentu biayanya tidaklah murah," ujarnya.
Saat itu ia bolak balik ke dua rumah sakit rujukan yaitu Rumah Sakit Prikasih dan juga Rumah Sakit Jakarta Medical Center. Keduanya memberikan pelayanan yang sangat baik. "Bagus banget jujur kami puas sekali. Waktu itu suami saya minta di kelas VIP jadi memang ada biaya tambahan yang kami bayarkan. Namun tentunya itu memang tanggung jawab kami, karena kami sendiri yang request untuk hal itu,” ucap Istianah.