REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Harga beras di Pasar Nusukan, Kota Solo, Jawa Tengah, jenis IR64 rata-rata naik menjadi Rp13.000 per kilogram dan stoknya masih mencukupi kebutuhan pasar. Harga beras di Pasar Nusukan, Solo melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan, untuk beras IR64 premium senilai Rp 13 ribu per kilogram, Mentik premium Rp 16 ribu/kg, dan IR64 Bulog premium Rp 13.400/kg, kata Lurah Pasar Nusukan, Solo, Giyarto, di Solo, Jumat (1/9/2023).
"Kalau harga beras C4 medium Rp 12 ribu per kg dan beras Bulog medium masih dijual Rp 9.450 per kg. Harga gula pasir curah dijual tetap Rp 14 ribu per kg, minyak goreng curah Rp 15 ribu per liter, dan telur ayam dijual tetap Rp 24 ribu per kg," kata Giyarto.
Menurut Giyarto, harga beras IR64 premium naik dari Rp 12 ribu per kg menjadi Rp 13 ribu per kg, dan Mentik premium dari Rp 14.500 per kg menjadi Rp 16 ribu/kg, dan IR64 Bulog dari Rp 12 ribu/kg menjadi Rp 13.400 per kg.
"Kami berharap harga-harga itu tidak naik lagi, dan beras akan kembali pulih seperti semula jika pasokan mulai lancar," katanya.
Pimpinan Perum Bulog Surakarta Andy Nugroho menjamin stok beras wilayah Solo Raya masih aman hingga panen berikutnya. "Stabilisasi dilakukan untuk menjamin ketersediaan barang. Kami persediaan cukup, agar masyarakat tidak panik di tengah harga naik. Masyarakat harap tenang, stok beras di Bulog cukup, baik melalui pasar atau retail," katanya pula.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perpadi Jawa Tengah Tulus Budiyono mengatakan harga beras saat ini melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan premium mencapai Rp 12.800/kg.
Menurut dia, sekarang beras premium semua, pengusaha penggilingan padi tidak ada yang membuat beras medium. Meskipun, beras sudah melebihi HET, namun tidak ada upaya lain yang bisa dilakukan para pengusaha beras untuk bisa menjual harga beras sesuai standar. Karena, harga gabah kering panen (GKP) tiap hari mengalami kenaikan Rp 100 per kilogram.
Harga gabah kering panen sudah Rp 7.000 per kilogram. Di Boyolali dan sekitarnya, bahkan sampai ke Sumatera, Sulawesi, sudah menyentuh angka itu. Kenaikan harga GKP ini bukan tanpa sebab. Luas panennya yang kian menyempit, sehingga harga GKP jadi kompetitif.
Dia melihat daerah-daerah yang menjadi sentra padi untuk saat ini, sudah tidak ada panenan. Bahkan, banyak lahan sawah yang dibiarkan mengering.
"Saya kemarin dalam perjalanan dari Yogyakarta menuju Bandung, sepanjang jalur yang dilalui tidak ada panenan. Semua kering Bero atau dibiarkan kering," katanya lagi.
Tidak adanya suplai air, dampak kemarau menjadikan petani tidak bisa menanam. Banyak pengusaha beras yang berebut untuk mendapatkan GKP petani. Karena memang saat ini stok beras di tingkat produsen sudah menipis.
"Dengan luas panennya yang menyempit, harga kompetitif. Agar selepas penggilingan beras bisa jalan. Sehingga permintaan tinggi, barang atau gabah berkurang," kata dia.