Jumat 25 Aug 2023 09:31 WIB

SBY Sebut Ada Lima Mitos yang Hambat Indonesia untuk Maju

Dua mitos penghambat Indonesia maju datang saat era Orde Baru.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus raharjo
Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabarkan lima mitos yang membelenggu Indonesia dalam pidato kebudayaannya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (25/8/2023) malam.
Foto: Republika/ Nawir Arsyad Akbar
Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabarkan lima mitos yang membelenggu Indonesia dalam pidato kebudayaannya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (25/8/2023) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato kebudayaannya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Dalam pidatonya tersebut, ia menyebut ada lima mitos terhadap masyarakat Indonesia yang selama ini dinilai menjadi belenggu majunya bangsa ini.

Pertama datang dari pidato Mochtar Lubis pada 1977 yang berjudul "Manusia Indonesia". Saat itu, Mochtar menggambarkan bahwa orang Indonesia memiliki enam watak, yakni munafik, enggan bertanggung jawab, berjiwa feodal, percaya takhayul, berkarakter lemah, dan berjiwa seni.

Baca Juga

"Dari enam itu sepertinya yang lima konotasinya negatif, hanya satu yang positif, yaitu berjiwa seni artistik. Bayangkan kita dianggap hipokrit atau munafik, enggan bertanggung jawab, kemudian watak lemah, berjiwa feodal, dan percaya pada takhayul," ujar SBY di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (25/8/2023) malam.

Kedua datang dari buku berjudul "Mitos Pribumi Malas" yang merupakan karangan karangan ilmuwan dan politisi Malaysia, Syed Hussein Alatas pada 1977. Di buku tersebut, Syed Hussein Alata membantah anggapan kolonial yang menilai masyarakat pribumi di Asia Tenggara yang berkarakter pemalas, terbelakang, dan memiliki intelektualitas rendah.

"(Mitos ketiga) Sembilan tahun sebelumnya, peraih penghargaan Nobel, Gunnar Myrdal, menulis buku berjudul "Asian Drama". Melalui bukunya, Myrdal ingin menyampaikan bahwa kultur manusia di Asia ialah sulit untuk maju karena pengetahuan yang rendah, tidak berkarakter, dan miskin," ujar SBY.

Dua mitos terakhir datang saat era Orde Baru, dimana yang pertama adalah pemikiran yang menganggap bahwa pembangunan ekonomi haruslah melupakan kebebasan demokrasi. Sedangkan satu lagi adalah pemikiran soal Indonesia yang harus memilih situasi aman terkendali atau dikuranginya kebebasan.

Namun menurut pemikirannya, lima mitos tersebut sangat erat kaitannya dengan waktu dan keadaan bangsa saat itu. Tahun demi tahun Indonesia berkembang, terdapat banyak perbaikan yang seakan membantah mitos-mitos tersebut.

"Menurut saya (Indonesia sekarang) makin produktivitas, makin mengerti, makin kuat ini keinginan untuk masuk menjadi strong energy market dan sebagainya. Artinya we are changing, manusia juga bisa berubah, begitu kata psikolog," ujar SBY.

"Kita patahkan (lima mitos itu), paling tidak secara sadar kalau ada kekurangan, ada sifat yang tidak baik, kita perbaiki dengan cara merubah diri," tutur Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement