REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Gubernur Bali yang menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Bali Wayan Koster memberikan tanggapan atas usulan Pro Jokowi (Projo) Bali yang mendorong duet calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo
Dalam konferensi yang berlangsung di Denpasar, Minggu (13/8) DPD Projo Bali mengusulkan Prabowo Subianto sebagai calon presiden atas dasar kecerdasan, ketegasan, dan keberaniannya dalam melanjutkan program pemerintah,
Menurut Koster, hal ini tidak sesuai dengan etika politik. “Kan ini PDI Perjuangan suara partainya di elektoral hampir 20 persen dan di parlemen 20 persen lebih berarti kan pemenangnya, kalau jadi cawapres kan etika politiknya harus bener lah,” kata Koster di Denpasar, Senin.
Berbeda hal jika yang diusung Ganjar Pranowo sebagai capres dan Prabowo Subianto sebagai cawapres, Koster menanggapi dengan tampak tersenyum dan menyerahkan kembali ke pimpinan PDIP. “Ah itu (Ganjar-Prabowo) terserah Ibu Megawati di DPP,” ujarnya.
Menurut dia, sebenarnya kontestasi calon presiden Pemilu 2024 saat ini sudah terang, yakni terdapat tiga calon dengan partai politik pendukung yang telah mengerucut.
Seperti Ganjar Pranowo yang diusulkan PDI Perjuangan dengan partai koalisi yaitu PPP, Partai Hanura dan Partai Perindo, sedangkan Prabowo Subianto dengan dukungan Partai Gerindra, Partai Golkar, PKB, dan PAN, serta Anies Baswedan dengan sokongan Partai NasDem, PKS, dan Partai Demokrat.
“Tapi saya kira ini belum final bisa saja masih dinamis beberapa bulan ke depan sebelum pendaftaran calon, saya yakin ini masih akan dipengaruhi oleh kontestasi calon presiden dengan siapa cawapresnya, jadi bisa saja situasinya berubah,” kata dia.
Meskipun mulai banyak pergerakan di tingkat elite partai politik dalam rangka memenangkan Pemilu 2024, menurut Koster, masyarakat saat ini sudah cerdas, rasional, dan objektif dalam memilih pemimpin dan tidak sepenuhnya terpengaruh keputusan elite.
“Masyarakat sudah bisa melihat mana yang secara nyata sentuhan alami bukan dibuat-buat, itu saya kira jadi perhatian, masyarakat tidak begitu saja mengikuti yang dilakukan elit di atas,” tuturnya.
Dengan demikian, menurut Koster, pihaknya dapat memenangkan Ganjar sebagai presiden pada Pemilu 2024, khususnya di Bali, dengan perolehan suara 92 persen seperti ketika memenangkan Joko Widodo.
“Kalau untuk di Bali saya kira pak Ganjar sudah sangat baik direspons masyarakat. Ketika saya menyelenggarakan kegiatan bersama masyarakat sampai ratusan ribu yang hadir tanpa undangan apa-apa, spontanitas. Saya pun melihat figur Pak Ganjar adalah figur yang merakyat, dekat dengan rakyat, bersentuhan bercengkerama secara alamiah bukan dibuat-buat,” tuturnya.