REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Selasa (8/8/2023). Kepada Jokowi, Muhadjir mengaku, melaporkan hasil kunjungan kerjanya di Papua Tengah terkait masalah kekeringan yang terjadi di Kabupaten Puncak.
"Oh, malah dipanggil untuk memberi laporan tentang kunjungan kerja saya di Papua Tengah," kata Muhadjir di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa.
Menurut Muhadjir, masalah kekeringan yang sempat menyebabkan sejumlah warga meninggal di wilayah tersebut sudah teratasi. Pengiriman suplai logistik yang dibutuhkan pun sudah berjalan lancar.
"Untuk masalah kekeringan di Kabupaten Puncak sekarang sudah teratasi. Jadi, suplai logistik sudah lancar dan sudah bisa landing di Lembah Agandugume yang kemarin belum dimungkinkan, sekarang sudah mulai bisa landing di sana walaupun belum maksimal, tetapi insya Allah sudah teratasi," ujarnya.
Kendati demikian, menurut Muhadjir, kondisi cuaca di Kabupaten Puncak yang menyebabkan kekeringan masih belum membaik. Saat ini, di wilayah tersebut sedang mengalami musim kering. Karena itu, pemerintah akan terus memasok logistik sampai tiga bulan ke depan hingga permasalahan ini teratasi.
Muhadjir juga menyebut, Presiden Jokowi telah menyetujui rencana pembangunan gudang logistik di Lembah Agandugume untuk meng-cover kebutuhan di tiga distrik di daerah tersebut. Selain itu, pemerintah juga akan menempatkan tenaga keamanan permanen di tiga distrik itu.
"Sehingga kita harapkan tahun depan paling tidak sebelum ada solusi yang lebih strategis itu sudah akan kita drop logistik itu kira-kira Maret-April sehingga pada waktu terjadi krisis itu sudah tersedia bahan pangan ya itu," kata Muhadjir.
Pembangunan gudang logistik akan dilakukan setelah Kemenko PMK menggelar rapat terbatas bersama berbagai kementerian dan lembaga, termasuk aparat keamanan. Dia menjelaskan, cuaca kering di daerah tersebut terjadi setiap tahun. Pada Mei biasanya terjadi hujan es dan diikuti embun salju.
Sehingga menumbuhkan bakteri yang bisa merusak umbi-umbian yang menjadi makanan pokok masyarakat setempat. "Yang akibatnya busuk kalau nanti dipaksa dimakan itu jadi diare. Jadi, kita nanti akan kalau kondisi sudah kondusif akan kita upayakan penanganan yang lebih komprehensif, dari sisi kesehatan, dari sisi pendidikan," ujar Muhadjir.
Dia mengaku, sudah meminta sejumlah perguruan tinggi termasuk universitas di Papua dan IPB untuk mencari varietas umbi-umbian yang tahan terhadap cuaca di wilayah tersebut. "Sehingga nanti bisa lebih memungkinkan ada penanganan yang lebih permanen lah. Ini kan bagaimana mendorong sekitar, di situ kan ada mungkin sekitar 10 ribu KK ya di tiga distrik itu sehingga, itu daerah subur tapi ya tadi itu," ujar Muhadjir.