Senin 07 Aug 2023 21:25 WIB

Lemhannas RI: Indonesia Alami 1,2 Miliar Serangan Siber per Tahun

Salah satu anomali malware dikirim dalam bentuk aplikasi undangan pernikahan.

Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto bersiap memberikan pengarahan kepada peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 63 dan 64 Lemhanas Tahun 2022 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/10/2022).
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto bersiap memberikan pengarahan kepada peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 63 dan 64 Lemhanas Tahun 2022 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Andi Widjajanto mengatakan Indonesia mengalami 1,2 miliar serangan siber anomali setiap tahun. Arrtinya, Indonesia mengalami serangan siber dengan 2.200 serangan per menit.

"Indonesia setiap tahun ada 1,2 miliar anomali di ruang siber, setiap menit 2.200 anomali di ruang siber yang sebagian menyasar data-data pribadi, korporasi dan niaga," ujar Andi dalam Seminar Nasional Ketahanan Nasional Transformasi Digital Indonesia 2045 di Hotel Borobudur Jakarta, Senin (7/6/2023).

Baca Juga

Menurut dia, salah satu anomali di ruangan siber berupa malware yang akhir-akhir ini dikirim dalam bentuk aplikasi undangan pernikahan. Kendati begitu, anomali itu sebagian besar diklasifikasikan sebagai keamanan siber agar Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Polri segera meningkatkan kemampuannya.

Andi menyebutkan sebelum wabah pandemi Covid-19, anomali di Indonesia sekitar 400 juta per tahun. Namun, anomalinya pada 2022 dapat melonjak tiga kali lipat menjadi 1,2 miliar.

Kondisi ini, menurut Andi, harus segera dibenahi dengan arsitektur yang lengkap. Mulai dari doktrin, regulasi sampai opsi teknologi. Pemerintah juga harus bekerja keras dalam meningkatkan satuan keamanan siber.

Pasalnya, kata dia, data yang disimpan di ruang digital sudah mencapai 70 zetabita dari seluruh dunia. Adapun zetabita adalah unit penyimpanan informasi digital atau ukuran data.

"Zeta itu 0-nya ada 21, dalam satu tahun 70 zetabita dapat menampung 800 miliar film. Kira-kira 70 zetabita itu setiap hari ada 2,2 miliar film yang bisa disimpan," ujar dia.

Andi menjelaskan 70 zetabita data yang ada di dunia sekarang telah diproduksi sejak 2020 hingga 2022. Ia pun tak dapat membayangkan betapa banyak data yang akan disimpan hingga 2045.

"Sekarang data 0-nya ada 21, mungkin 2045 data 0-nya sudah menuju 25 atau 30. Lompatan sudah sangat besar," tegas Andi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement