Ahad 06 Aug 2023 22:30 WIB

Pengamat Ingatkan Perlunya Pendidikan Sadar Politik untuk Generasi Z

Edukasi gen Z diharap meningkatkan partisipasi pemilih pemula.

Pemilihan Umum (ilustrasi)
Foto: Republika/Musiron
Pemilihan Umum (ilustrasi)

REPUBLIKA CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Andalas Sumatra Barat Prof Asrinaldi mengingatkan pentingnya pendidikan sadar politik kepada generasi muda terutama generasi Z (lahir mulai 1997) guna mendorong partisipasi pemilih pemula pada Pemilu 2024.

Asrinaldi mengatakan, pendidikan politik bukan semata tugas Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu, melainkan menjadi tugas banyak pihak di sektor pendidikan. Termasuk peran dari partai politik dan lembaga swadaya masyarakat.

Baca Juga

Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, KPU atau penyelenggara itu sudah ada fungsinya, tugas dan kewenangannya. "Tugas dari KPU itu menyelenggarakan tahapan, terakhir sampai penyebaran informasi," kata Asrinaldi dilansir Antara di Jakarta, Sabtu (5/8/2023).

Berdasarkan data Statistik Politik 2019 Badan Pusat Statistik (BPS), partisipasi pemilih dalam Pemilu 2019 mencapai 158,01 juta pemilih atau 81,97 persen. Sedangkan untuk pemilih Gen Z yang lahir pada 1997 hingga 2012 berjumlah 46,8 juta pemilih atau sebanyak 22,85 persen berdasarkan data KPU.

Asrinaldi menilai, generasi Z lebih cepat mencerna informasi, mampu mengoptimalkan fungsi internet dan peka terhadap kemajuan teknologi. Karena itu perlu mendapat pendidikan sadar politik agar kemampuan mereka bisa dimaksimalkan untuk membangun iklim berdemokrasi yang baik di masa depan.   

"Sekarang persoalannya bisa enggak mereka (generasi Z) dibimbing ke arah positif itu. Sehingga dia terdorong dan termotivasi untuk sadar politik," kata Asrinaldi.

Kemampuan Gen Z di media sosial dan internet juga bisa diarahkan secara positif. Misalnya untuk mengenal para calon wakil rakyat pada Pemilu 2024 dengan melihat sepak terjang mereka di berbagai pemberitaan media siber.

Ia juga menyarankan agar KPU senantiasa menyasar generasi muda dalam setiap sosialisasi tahapan pemilu dengan harapan dapat meningkatkan angka partisipasi kalangan pemilih pemula. "Misal jangan pilih caleg yang korup, caleg yang punya (riwayat) kejahatan seksual, yang ini, yang KDRT," kata Asrinaldi.    

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement