Ahad 06 Aug 2023 09:10 WIB

Mahasiswa UI Bunuh Junior Karena Terlilit Pinjol, Ini Penjelasan Pengamat

Pengetahuan tentang keuangan bukan hanya sekadar menabung atau investasi.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Agus raharjo
Seorang Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Depok, berinisial MNZ (19 tahun) ditemukan meninggal dunia dalam keadaan terbungkus plastik sampah hitam di kamar kosnya di Kawasan Kukusan, Beji, Kota Depok, Jumat (4/8/2023). Korban diduga dibunuh senior kampusnya sendiri, AAB (23 tahun) yang saat ini sudah diamankan Polres Metro Depok.
Foto: Dok Republika
Seorang Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Depok, berinisial MNZ (19 tahun) ditemukan meninggal dunia dalam keadaan terbungkus plastik sampah hitam di kamar kosnya di Kawasan Kukusan, Beji, Kota Depok, Jumat (4/8/2023). Korban diduga dibunuh senior kampusnya sendiri, AAB (23 tahun) yang saat ini sudah diamankan Polres Metro Depok.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK–Seorang mahasiswa UI di Fakultas Ilmu Budaya (FIB), AAB (23 tahun), tega membunuh juniornya sendiri, MNZ (19 tahun) karena diduga ingin menguasai harta korban usai terlilit pinjaman online (pinjol). Tindakan pelaku terungkap pada Jumat (4/8/2023) setelah korban ditemukan tewas di kamar kosnya di Depok.

Menanggapi ini, Pengamat Sosial Devie Rahmawati mengatakan insiden ini menekankan tentang pentingnya literasi untuk mengelola keuangan. Hal ini karena banyak kasus tindak kriminal juga dilatari oleh pelaku yang terlilit hutang.

Baca Juga

"Kejadian yang menimpa mahasiswa UI terkait kasus pinjol kembali mengingatkan kita bahwa pentingnya pendidikan (literasi) tentang pengelolaan keuangan. Masih di tahun ini ada kasus mutilasi yang motifnya juga karena pinjol," tutur Devie Rahmawati, Sabtu (5/8/2023).

Menurutnya, kasus pembunuhan MNZ ini jadi satu dari sekian banyak korban dari pelaku yang terjerat hutang. Insiden nahas lain seperti bunuh diri juga banyak berlatarbelakang karena hutang.

Kemampuan untuk mengelola keuangan disebutnya penting bagi setiap orang. Bahkan di negara-negara maju, kemampuan ini sudah dilatih sejak kecil oleh orang tua mereka.

"Tidak heran di banyak negara maju, sebut saja Amerika Serikat, Inggris, Jepang misalnya, anak anak mereka semenjak usia tiga tahun sudah diperkenalkan dengan konsep keuangan. Dari mulai dari mana sumber-sumber uang, bagaimana cara mengelola uang, bahwa di AS anak usia enam tahun sudah didorong belajar 'menghasilkan uang' setelah pulang sekolah untuk mendapatkan uang tambahan," katanya.

Dia juga menjelaskan, pengetahuan tentang keuangan bukan hanya sekadar menabung atau investasi. Tetapi lebih luas dari itu, seperti bagaimana anak-anak tumbuh dengan nilai kerja keras, mampu mengelola syahwat keinginan yang tanpa batas, lalu memahami skala prioritas terhadap kebutuhan hidup hingga mampu berpikir logis.

Devie kemudian mengapresiasi kemendikbudristek yang sedang menggodok kurikulum tentang literasi keuangan dari jenjang sekolah dasar. "Semoga hal ini dapat menjadi salah satu jalan keluar jangka panjang untuk mencegah terjadinya kasus kasus kekerasan hingga kematian terus bergulir," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement