Rabu 02 Aug 2023 11:57 WIB

Praktisi Komunikasi Ingatkan Pentingnya Merespons Komentar Publik di Medsos Pemerintah

Dalam melakukan kolaborasi menjadi tonggak untuk bersinergi.

Media sosial (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Media sosial (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada era digitalisasi saat ini, kolaborasi dan interaksi menjadi hal penting, terutama dalam berjejaring di media sosial. Seberapa banyak interaksi yang terjadi di media sosial menjadi tolak ukur efektivitas informasi dan komunikasi yang diberikan kepada publik. Maka dari itu, manajemen perencanaan pengelolaan sosial media perlu dilakukan setiap instansi sebagai cara menciptakan citra positif di hadapan publik. 

Hal ini menjadi benang merah dari sharing session mengenai “Perencanaan Kolaborasi Konten Publikasi dan juga Menangani Respons Publik di Media Sosial” dilakukan oleh Kementerian Keuangan bagian Media Sosial dan Contact Center. 

Baca Juga

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pembekalan terkait cara menanggapi komentar publik di media sosial Kementerian Keuangan. Rahmat Widiyana, Kepala Bagian Manajemen Publikasi, Biro Komunikasi, dan Layanan Informasi (KLI) Kementerian Keuangan mengatakan, dalam melakukan kolaborasi menjadi tonggak untuk bersinergi dalam menciptakan citra positif dengan melakukan respons yang tepat dan cepat. Hal ini sangatlah krusial agar seluruh kegiatan yang terpublikasi di media sosial bisa terdistribusikan dengan baik. 

Acara ini menggandeng praktisi sekaligus akademisi komunikasi krisis, Dr. Firsan Nova. Firsan menjelaskan bahwa social media team dan contact center tidak bekerja sendirian, melainkan berkolaborasi untuk mengejar dua hal, yaitu promote dan protect

“Kolaborasi antar tim media sosial dan contact center atau layanan konsumen perlu dilakukan dalam menangani respons publik di instansi pemerintahan agar terbangunnya kepercayaan publik,” tutur Firsan. 

Menurut CEO Nexus RMSC itu, bahwa melakukan respons publik indikator yang perlu diperhatikan adalah content of issue, context of issue, dan public interest. 

“Di Nexus kami membagi menjadi tiga poin yaitu number of issues, number of key opinion leader, dan number of public interest. Level tertinggi dari tiga hal ini adalah public interest,” ujar Firsan. 

Praktisi komunikasi tersebut juga menambahkan bahwa sudah mencapai level public interest dan publik membeli isu tersebut, maka suka atau tidak suka harus ditanggapi.

Dalam menanggapi publik, Omni Channel adalah hal yang harus digunakan. Namun, penggunaan Omni Channel harus disinambungkan dengan platform media yang disukai publik. Maka dari itu, sebagai hasil kolaborasi Social Media Team dan Contact Center, penggunaan berbagai platform media bagi suatu instansi itu penting.

Sama halnya dengan media sosial pimpinan instansi. Pengelolaan media sosialnya juga memerlukan bantuan kolaborasi dari Social Media Team dan Contact Center. 

"Untuk mengelola media sosial pimpinan juga harus diperhatikan seperti media sosial instansi, perlu di-support kedua tim," tutur Firsan.

Perbedaan persepsi terhadap fungsi Social Media Team dan Contact Center memang sering menjadi pertanyaan. Keduanya sama-sama bersinergi untuk mewujudkan promosi yang baik dan menjaga citra instansi dengan baik. Walaupun memiliki jobdesk yang berbeda, kedua pekerjaan tersebut dapat dimaksimalkan dengan berkolaborasi untuk menyelaraskan informasi, sehingga dapat tersampaikan dengan baik di depan publik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement