REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Juru Bicara DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra enggan menanggapi sindiran Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum terhadap Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Demokrat kata Herzaky, lebih memilih fokus untuk mengurus hal-hal yang lebih penting terkait rakyat.
Dalam pernyataannya, Anas menyindir SBY yang pernah berpidato di Jeddah, Arab Saudi sembari berpesan agar pemimpin tidak menggunakan kekuasaan untuk mengintervensi hasil kompetisi yang tidak menguntungkan dirinya dan kelompoknya.
"Buat apa ditanggapi, Tidak ada kaitan dengan kami. Saya juga tidak kenal dengan Anas. Kami fokus urus rakyat. Tidak mengurus partai lain," ujar Herzaky dalam keteranganya kepada Republika, Ahad (16/7/2023).
Karena itu, Herzaky meminta agar tidak mengaitkan mantan terpidana kasus korupsi proyek Hambalang itu dengan partainya. Saat ini, Demokrat sedang berfokus untuk meraih kesuksesan di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dengan target masuk tiga besar dan meraup suara 15 persen nasional.
"Kita optimistis bisa masuk 3 besar mencapai 15 persen perolehan suaranya. Sesuai dengan target yang pernah disampaikan Mas AHY, pendaftar caleg membludak di mana-mana. Banyak yang potensial," ujar Herzaky.
Dia menyampaikan, konsolidasi menuju Pemilu 2024 saat ini juga sudah dilakukan Demokrat di berbagai tingkatan hingga tingkat desa kelurahan. Sehingga dia berharap akan menjadi daya ungkit suara di Pemilu mendatang.
"Konsolidasi sudah sampai di tingkat desa dan kelurahan. Sedang diperkuat di jejaring RT/RW. Semua satu komando, bersama Mas AHY," ujarnya.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Anas Urbaningrum, menyindir Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Anas merupakan mantan ketua Umum Partai Demokrat.
Sindiran itu dilontarkan Anas ketika berpidato menutup Musyawarah Nasional Luar Biasa PKN di sebuah hotel di Jakarta, Sabtu (15/7/2023) malam. Mantan terpidana kasus korupsi proyek Hambalang itu awalnya berpesan kepada kader PKN agar tidak berlaku zalim apabila terpilih menjadi pemimpin. Dia juga para kader tidak menyalahgunakan kekuasaan ketika menjabat.
Tidak boleh menggunakan dan memperalat kekuasaan dan kewenangan untuk mencelakai pihak lain, untuk menindas pihak lain, menyingkirkan pihak lain, mempersekusi pihak lain," kata Anas, Sabtu (15/7/2023).
Dia lantas menyebut sejumlah kader PKN, seperti Gede Pasek Suardika dan Sri Mulyono sebagai sosok yang berpotensi menjadi pemimpin. Anas menyampaikan pesan khusus kepada kader potensial PKN itu sembari menyindir SBY yang pernah berpidato di Jeddah, Arab Saudi.
"Jika dipercaya menjadi pemimpin, saya berharap jangan pernah pidato dari Jeddah. Karena itu bukan pidato, tapi ekspresi kezaliman. Itu contoh, contoh," kata Anas, lalu disambut sorakan kader PKN.